Pertunjukan Teater Imam Al-Bukhari dan Sukarno, Simbol Nyata Kolaborasi Indonesia-Uzbekistan
Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon (kiri) seusai menghadiri Pertunjukan teater "Imam Al-Bukhari dan Sukarno" di Jakarta, Selasa (15/4/2025). (Foto: Humas Kementerian Kebudayaan)
JAKARTA -- Hubungan antara Indonesia dan Uzbekistan tidak hanya terjalin melalui kerja sama diplomatik, tetapi juga hubungan budaya dan historis yang kuat dan mengakar pada semangat saling menghormati, keterbukaan terhadap nilai-nilai luhur, dan komitmen terhadap pelestarian warisan intelektual Islam, termasuk Imam Al-Bukhari.
Kedekatan ini tercermin dalam sejarah kunjungan Presiden Sukarno ke Uzbekistan dan keinginan beliau untuk berziarah ke makam Imam Al-Bukhari sebagai bentuk penghormatan terhadap sosok yang menjadi mercusuar ilmu pengetahuan Islam tersebut.
Dalam konteks kekinian, hubungan Indonesia dan Uzbekistan semakin berkembang melalui berbagai kerja sama di bidang kebudayaan, pendidikan, dan keagamaan. Diplomasi budaya memainkan peran penting dalam memperkuat ikatan ini.
Pertunjukan teater "Imam Al-Bukhari dan Sukarno" merupakan simbol nyata dari kolaborasi tersebut. Pertunjukan teater "Imam Al-Bukhari dan Sukarno" mengisahkan pertemuan simbolik dua tokoh besar dari dua bangsa yang berbeda namun memiliki nilai-nilai perjuangan dan keilmuan yang selaras.
Diprakarsai dan diproduksi oleh Yayasan Bumi Purnati dan Teater Katakkurgan dari Uzbekistan, pertunjukan ini tidak hanya menarasikan kedekatan historis, tetapi juga memperkuat jalinan kebudayaan melalui media seni.
Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon pada kesempatan malam ini mengatakan jika ini adalah sebuah pertunjukan yang luar biasa. Menurutnya ia sangat terkesan karena ini merupakan satu jembatan bagi dua negara, Indonesia dan Uzbekistan.
"Kunjungan historik Bung Karno pada bulan September tahun 1956 memang sebuah kunjungan yang luar biasa. Mudah-mudahan konektivitas sekarang ini bisa menjadikan hubungan antara dua negara, khususnya juga budaya dan sejarah," kata Fadli Zon. "Semoga ke depannya budaya dan sejarah bisa menjadi bagian dari upaya kita untuk menggali hubungan kita yang lebih jauh ke depan antara Indonesia dengan Uzbekistan. Terima kasih kepada seluruh hadirin dan terutama adalah para pelaku budaya kita yang telah mementaskan dengan luar biasa."
Presiden ke-5 Republik Indonesia, yang juga merupakan putri dari Sukarno, Megawati Soekarnoputri, pada sambutannya menyampaikan acara malam ini bukan hanya sebuah pertunjukan, tapi juga sebuah jembatan sejarah dan perasaan kolaborasi para aktor, pengusik, penulis nafkah, dan sutradara dari Indonesia dan Uzbekistan. Menurutnya ini adalah bentuk nyata
dari persahabatan yang lahir dari penghormatan.
"Terima kasih kepada semua pihak yang telah mewujudkan karya ini, kepada Ahmad Fauzi dan Valikhon Umarov, kalian telah menulis sejarah dengan tinta seni dan jiwa. Kepada para pemain, kru dan penyelenggara kalian harus yakin bukan hanya mengangkat kisah masa lalu, tapi juga nanamkan benih harapan untuk masa depan," lanjut Megawati.
Sedangkan Duta Besar Uzbekistan untuk Indonesia, Oybek Eshonov, menyampaikan jika kunjungan Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, ke Uzbekistan, tanah kelahiran Imam Bukhari menjadi awal dari hubungan erat antara kedua bangsa. Presiden Soekarno adalah pemimpin asing pertama yang melakukan ziarah ke makam Imam Bukhari, sebuah tindakan yang memperkuat kedudukan beliau di hati rakyat Uzbekistan.
Kunjungan itu menurut Eshonov menjadi fondasi kokoh bagi persahabatan antara negara, yang itu terus dilanjutkan hingga hari ini.
Pertunjukan teater kerja sama kedua negara ini juga turut dihadiri oleh Gubernur DK Jakarta, Pramono Anung; beserta Wakil, Rano Karno; Sukmawati Soekarnoputri dan Guruh Soekanoputra; Ganjar Pranowo; Deddy Sitorus; Djarot Saiful Hidayat; Andika Perkasa; Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan Kementerian Kebudayaan, Ahmad Mahendra; Inspektur Jenderal Kementerian Kebudayaan, Fryda Lucyana; beserta para pejabat di lingkungan Kementerian Kebudayaan; hingga Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP Bonnie Triyana.
Pertunjukan tersebut hadir untuk menyampaikan kepada publik akan signifikansi hubungan antara Indonesia dan Uzbekistan dalam perkembangan kebudayaan dan ajaran Islam. Melalui kisah ini, diharapkan masyarakat Indonesia dan Uzbekistan dapat saling menginspirasi dalam semangat toleransi, penghormatan terhadap sejarah, dan kerja sama antarbangsa yang
berkelanjutan, serta pemahaman bahwa Islam di Indonesia tidak hanya berasal dari negeri Arab.
Serta bagi Indonesia, teater ini mengingatkan signifikansi Sukarno dalam pembangunan peradaban Islam di Uzbekistan.
Setelah melakukan 3 (tiga) kali pertunjukan di 3 kota di Uzbekistan pada tahun 2024, pertunjukan teater ‘Imam Al-Bukhari dan Sukarno’ melakukan pertunjukan di Jakarta, Indonesia.
Kegiatan pertunjukan teater ini diharapkan dapat mempererat jalinan sejarah dan kebudayaan antara Indonesia dan Uzbekistan, serta menjadi contoh nyata dari kekuatan seni dalam membangun pemahaman lintas bangsa dan generasi.
(rilis/eye)
Post a Comment