Mendikdasmen Mu'ti: Identitas Nasional adalah Bekal Utama Jadi Warga Dunia
KEBUMEN -- Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) RI, Abdul Mu’ti, kembali menegaskan pentingnya membangun generasi pelajar Indonesia yang mampu menjadi warga global tanpa kehilangan jati diri kebangsaannya. Menurutnya, menjadi pelajar internasional tidak berarti harus melepaskan identitas sosial maupun nasional.
“Dengan identitas nasional yang kuat, kita lebih siap untuk menjadi warga dunia,” ujar Mendikdasmen dalam acara peresmian International Class Program di SMA Muhammadiyah Gombong, Kebumen, Jawa Tengah, pada Minggu (20/4/2025).
Mendikdasmen menjelaskan bahwa terdapat dua kunci agar siswa Indonesia memiliki kompetensi sebagai warga global. Pertama adalah pengetahuan dan kemampuan yang kuat, khususnya terkait kompetensi abad ke-21. Kedua, penguasaan bahasa asing sebagai langkah awal untuk membuka akses ke berbagai peluang internasional.
Menurut Mendikdasmen, terdapat empat soft skills utama abad ke-21, yaitu komunikasi (communication), berpikir kritis (critical thinking), kreativitas (creativity), dan kolaborasi (collaboration). “Namun, kita juga membutuhkan dua keterampilan lain yang tidak kalah penting, yaitu karakter (character) dan kewarganegaraan (citizenship). Dengan semua keterampilan ini, kita mampu beradaptasi dalam berbagai situasi dan menentukan keberhasilan kita di masa depan,” lanjutnya.
Lebih jauh, Mendikdasmen menekankan pentingnya memiliki growth mindset, yakni pola pikir bahwa setiap individu dapat berkembang dengan mengubah cara berpikir dan perilakunya. “Dengan growth mindset ini, kita juga bisa ikut mengubah masyarakat dan membangun kompetensi masa depan, sambil tetap memperkuat identitas pribadi. Karena kita tidak bisa menjangkau dunia tanpa identitas, keterampilan, dan kompetensi yang kita miliki,” jelasnya.
Ketua International Class Program, Rashif Arka Muhammad, menjelaskan bahwa program ini telah berjalan sejak tahun 2021 dan saat ini diikuti oleh 130 siswa. Dalam program ini, sebagian besar mata pelajaran diajarkan dalam Bahasa Inggris—tidak hanya sebagai bahasa pengantar, tetapi juga dalam seluruh kegiatan baik verbal maupun nonverbal, seperti ujian, tugas, dan penulisan makalah.
Program ini juga membekali siswa dengan tiga kompetensi utama, yaitu 1) pembuatan produk teknologi berbasis sains terapan; 2) magang di bidang coding/pemrograman, desain, serta elektronika dan instrumentasi; dan 3) kemampuan public speaking.
“Tujuan utama program ini adalah menghadirkan pendidikan berkualitas internasional yang terjangkau dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat, khususnya di Kabupaten Kebumen,” ujar Rashif.
Sementara itu, Lintang Nariswari, siswa kelas 12 SMA Muhammadiyah Gombong, mengaku bahwa program ini telah memberinya banyak pengalaman berharga, mulai dari pelatihan, berbagai kunjungan geosains, hingga kesempatan magang. Ia bahkan pernah meraih juara 2 lomba debat Bahasa Inggris tingkat kabupaten.
“Program ini benar-benar menjadi perubahan besar dalam hidup saya. Kemampuan berbahasa Inggris saya berkembang pesat—dari yang awalnya hanya menjadi pendengar, kini saya lebih percaya diri berbicara. Saya juga beberapa kali bertemu dengan orang-orang hebat yang membuka wawasan dan menginspirasi saya. Harapan saya, program ini terus berkembang dan menjadi wadah bagi anak-anak lain untuk menggali potensi mereka,” kata Lintang menjelaskan.
(rilis/eye)
Post a Comment