Neraka di Bumi yang Ditinggalkan Manusia
Mantan Presiden Suriah, Bashar Al Assad. (Foto: Al Jazeera)
Oleh Rosadi Jamani *)
Kosong. Sunyi. Tapi jangan tertipu. Dinding-dindingnya masih berteriak. Itulah Penjara Saydnaya di Suriah, penjara mirip neraka di bumi. Sambil menikmati bubur ayam Camar di Jalan Penjara Pontianak, yok kita bahas penjara paling horor di dunia.
Sepuluh hari lalu, Joe Hattab meng-upload video baru, hasil explore-nya pasca-Presiden Bashar Al Assad kabur ke Rusia. Kali ini sasarannya Penjara Saydnaya. Ia berdiri di tengah gurun Suriah.
Di hadapannya, benteng kegelapan menjulang, Penjara Saydnaya. Bukan sekadar video. Ini adalah pengakuan. Pengakuan tentang kekejaman yang tak terbayangkan.
Pria kelahiran Jordan ini masuk. Langkahnya berat. Udara dingin menusuk. Bau besi karat dan kematian menyergap. Ia bicara, suaranya gemetar. "Ini bukan penjara," bisiknya. "Ini rumah pemotongan manusia."
Ada 250.000 nyawa pernah terperangkap di sini. Lho bisa bayangkan manusia sebanyak itu. Jauh lebih banyak dari penduduk Kabupaten Sekadau Kalimantan Barat (Kalbar). 250.000 cerita yang tak akan pernah terdengar.
Sekarang? Kosong. Tapi jangan salah. Kosong bukan berarti damai. Kosong di sini adalah bisu yang memekakkan. Para tahanan itu bebas. Bukan dibebaskan oleh rezim, melainkan oleh rakyat. Ribuan rakyat Suriah yang marah menyerbu penjara itu, lalu membebaskan seluruh napi. Sekarang kosong menyisakan kengerian.
Joe terus berjalan. Kamera merekam. Sel demi sel. Ruang demi ruang. Lalu, ia berhenti. Di depannya, sebuah mesin. Besi berkarat. Dingin. Tapi siapa yang bisa menyangkal? Ini adalah mesin kematian.
"Mesin press," ujarnya, suara hampir tak terdengar. "Manusia diletakkan di sini. Dipress. Remuk. Tipis seperti kertas." Mesin pemusnah manusia.
Joe Hattab, pria yang sudah jadi warga Saudi Arabia, berkali-kali menyebut nama Tuhan. "Astaghfirullah," gumamnya. "Astaghfirullah."
Saya menonton. Jari-jari saya kaku. Napas tertahan. Layar laptop seperti menjerit. Saya ingin memalingkan muka. Tapi tidak bisa. Ini bukan sekadar video. Ini adalah cermin. Cermin yang memantulkan wajah paling buruk dari kemanusiaan. Saya tak bisa membayangkan betapa ngerinya.
Penjara Saydnaya. Dibangun di gurun. Jauh dari mata. Jauh dari hati. Tapi siapa yang bisa melupakan? Dinding-dindingnya masih berdarah. Udara di dalamnya masih berbau ketakutan.
Joe Hattab keluar. Langkahnya lebih berat. Matanya kosong. Tapi kita? Kita yang menonton? Kita tidak bisa keluar. Kita terperangkap. Dalam kengerian. Dalam ketakutan. Dalam pertanyaan, bagaimana bisa manusia melakukan ini pada manusia lain?
Penjara Saydnaya. Neraka di bumi. Kosong sekarang. Tapi jangan tertipu. Neraka tidak pernah benar-benar pergi. Ia hanya menunggu.
Sebuah pelajaran. Rezim yang ingin selamanya berkuasa. Siapa saja mengkritik, benci pada pemerintah, apalagi makar, dijebloskan ke penjara. Tak peduli rakyat sendiri. Disiksa, dihukum, dibunuh.
Negara diurus tirani bengis. Terlihat makmur dan sejahtera dari luar. Ternyata, ia pembunuh kejam rakyatnya sendiri. Pada akhirnya rakyat marah tak terbendung. Kekuatan rezim porak-poranda. Jangan buat rakyat marah. Doa orang terzalimi, makbul.
Itu baru kisah Penjara Saydnaya. Esok lanjutannya, bagaimana Bashar Al Assad menjadi produsen narkoba terbesar di Jazirah Arab. Ini lebih ngeri, bagaimana ia meracuni orang Arab dengan pil haram.
Pontianak, Januari 2025
*) Ketua Satupena Kalbar
Post a Comment