Menteri BUMN Erick Thohir Sebut Indonesia Siap untuk Miliki Bank Emas

Bank emas atau bullion bank/ilustrasi. (Foto: Pixabay)
 

JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, Indonesia siap untuk memiliki bank emas atau bullion bank, terutama setelah mampu memproduksi emas batangan sendiri. Menurut Erick, kesiapan ini juga didukung dengan adanya kolaborasi antara PT Antam Tbk dengan PT Freeport Indonesia untuk mengolah emas batangan di Indonesia.

"Yang selama ini kebanyakan raw material kita kirim ke luar negeri, tapi sekarang kan sudah bisa diproses di dalam negeri," kata Erick, Rabu (11/12/2024), seperti dilansir dari Antara.

Erick melanjutkan, sistem yang dibentuk antara Freeport dan Antam akan membuat cadangan emas cukup untuk dijadikan tabungan masyarakat.

Lebih lanjut, Kementerian BUMN akan berdiskusi dengan PT Bank Syariah Indonesia (BSI) untuk membahas lebih lanjut terkait potensi tabungan emas. "Kita mesti duduk sama BSI segala, kan tadi sama, saya harap ini ada percepatan," kata Erick.

Sinergi antara Antam dengan Freeport akan menghemat devisa hingga Rp 200 triliun. Karena sebelumnya Antam selalu melakukan impor untuk bahan baku emas batangan. Jika kerja sama antara dua anak usaha MIND ID, BUMN Holding Pertambangan, terjalin, maka akan terjadi penghematan dan kesejahteraan bagi masyarakat.

Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bakal mengajukan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk dijadikan bank emas atau bullion bank.

"Menurut saya, ini adalah awal mula beberapa bank akan menjadi bank emas batangan. Saya mengusulkan kepada OJK, BRI yang merupakan holding Pegadaian, dan juga BSI dapat menjadi bank emas di Indonesia. Kita tahu bahwa emas merupakan bagian dari investasi yang aman selama krisis," kata Airlangga, Senin (9/12/2024).

Airlangga menjelaskan bahwa Indonesia saat ini memiliki cadangan emas yang besar. PT Pegadaian, misalnya, saat ini menyimpan stok emas sebanyak 70 ton.

Namun, lanjut Airlangga, selama ini stok emas tersebut hanya dicatat sebagai tonase tanpa dimasukkan ke dalam neraca keuangan bank.

"Di negara lain, seperti Singapura, emas sudah dimasukkan ke dalam neraca bank sehingga memberikan nilai tambah," ujarnya menegaskan. "Sebaliknya, di Indonesia emas sering hanya dikelola sebagai bahan mentah tanpa pengolahan penuh."

(antara/dkd)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.