Para Tokoh Bahasa, Sastrawan, dan Literasi, Diajak Gaungkan Kedaulatan Bahasa Indonesia

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), menyelenggarakan acara "Pak Menteri Ngariung Bersama Tokoh Bahasa, Sastra, dan Literasi", di Jakarta, Jumat (8/11/2024). (Foto: Biro Kerja Sama dan Humas Kemendidasmen)

JAKARTA -- Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), menyelenggarakan acara "Pak Menteri Ngariung Bersama Tokoh Bahasa, Sastra, dan Literasi", Jumat (8/11/2024). Acara ini menjadi ajang menjaring aspirasi bidang kesusastraan yang ditujukan untuk memajukan bahasa, sastra, dan literasi melalui pendidikan di Indonesia.

"Saya merasa bahagia berada di acara ini karena dua hal. Pertama, karena dapat berjumpa dengan para penyair yang karyanya saya baca dan berpengaruh pada hidup saya. Dan kedua, saya senang berjumpa dengan para penyair yang karyanya mampu menumbuhkan imajinasi dan mimpi masa depan," ujar Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, di Jakarta, Jumat (8/11/2024).

Menteri Mu'ti menyebut bahwa bangsa bisa maju bukan hanya dengan sisi ekonomi saja, melainkan juga dengan pikiran besar dari para penyair yang luar biasa memantik generasi muda untuk bermimpi ke masa depan. Selanjutnya, ia menginginkan ke depannya buku-buku sastra dapat diterbitkan dan distribusikan ke sekolah untuk dapat dibaca oleh peserta didik.

"Kita ingin dekatkan buku dengan masyarakat. Untuk itu, kami ingin meletakkan buku-buku di beberapa fasilitas publik, seperti bandara dan terminal sehingga masyarakat bisa merasakan dan berdaulat dengan karya sastra berbahasa Indonesia," ujar Menteri Mu'ti.

Mengakhiri sambutannya, Menteri Mu'ti berharap rasa cinta pada sastra kembali tumbuh pada generasi muda sehingga literasi melalui karya-karya sastra dapat membangun peradaban bangsa yang hebat ke depannya. "Kami ingin mendengar aspirasi untuk menghidupkan kembali semangat membaca dan budaya menulis khususnya menulis karya sastra. Saya yakin generasi muda membangun negeri ini salah satunya dengan lahirnya karya sastra yang hebat," pungkas Menteri Mu'ti.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Bahasa, E Aminudin Azis, mengatakan bahwa Ngariung Menteri Bersama Tokoh Bahasa, Sastra, dan Literasi ini merupakan kali pertama yang dilakukan sepanjang sejarah kesusastraan. Menurutnya, acara ini menjadi ajang dialog yang menunjukkan kepedulian bersama tentang eksistensi sastra di Indonesia.

"Mereka adalah para pelaku nyata dari bidang bahasa, sastra, dan literasi. Malam ini menjadi saksi Menteri Abdul Mu'ti menyimak aspirasi dari para tokoh kesusastraan," ungkap Aminudin.

Aminudin menambahkan, aspirasi yang diberikan dalam acara ini akan dijadikan pertimbangan terhadap kebijakan pembelajaran bahasa dan aktivitas literasi. "Acara ini juga menjadi implementasi dalam menyusun Kedaulatan Bahasa Indonesia, yaitu Bangga, Mahir, dan Maju dengan Bahasa Indonesia," pungkas Aminudin.

Sementara itu, aspirasi bidang kesusastraan turut disampaikan oleh seorang penulis muda bernama Feby Indirani. Dalam kesempatan tersebut ia menyoroti kurangnya akses buku yang berdampak pada persentase minat baca peserta didik.

“Saya bersama para penulis lainnya menganalisis sumber utama kurangnya minat baca adalah dari akses terhadap buku tersebut, di mana harga-harga buku sastra cukup mahal. Dan juga pemerintah harus memperhatikan tata niaga kertas. Banyak daerah yang sudah memiliki percetakan dan penerbit, tetapi mereka harus membawa bahan pokok yang masih harus didapat di Pulau Jawa ataupun Jakarta,” papar Feby.

Aspirasi lainnya juga disampaikan oleh penulis senior, Pipit Senja. Dalam paparannya ia menuturkan bahwa salah satu negara Asia Tenggara yang dikunjunginya sudah memiliki penghargaan terhadap tokoh bahasa, sastrawan, dan literasi.

“Dengan cerita Menteri Mu’ti yang dapat bermimpi masa depan dari karya sastra, saya rasa pemerintah perlu memikirkan untuk penghargaan terhadap para tokoh kesusastraan. Bisa dalam bentuk dibuatkan museum, publikasi majalah sastra pemerintah, maupun bantuan lainnya yang berdampak positif kepada tokoh tersebut,” jelas Pipit.

Senada dengan Feby dan Pipit, aspirasi lainnya juga disampaikan oleh Ahmadun Yosi Herfanda. Dalam kesempatan itu ia menyoroti sulitnya para sastrawan dalam memublikasikan karya-karyanya. Ia menyebut, dampak persaingan pasar yang ketat membuat beberapa majalah sastra menjadi terpuruk dan bahkan sampai tutup.

“Peluang publikasi saat ini sangat sulit karena media tempat kami memublikasikan karya telah hilang. Bagaimana peran pemerintah untuk sebaiknya mendanai media untuk publikasi sastra atau bahkan membuat media sastra yang dibina oleh pemerintah untuk para sastrawan memublikasikan karyanya,” imbuh Ahmadun.

Acara ini dihadiri oleh Kapoksi Komisi X DPR RI, Anita Jacoba Gah dan Ledia Hanifa, yang turut membaca puisi. Selain itu hadir pula Wamendikdasmen Fajar Riza UI Haq, Sekretaris Jenderal Suharti, Staf Ahli Bidang Hubungan dan Kelembagaan Masyarakat Adlin Sila, pejabat eselon 2 Kemendikdasmen, dan sekitar 200 tokoh bahasa, sastra, dan literasi. Dalam acara tersebut, Menteri Mu’ti juga melakukan pembacaan puisi karya Taufiq Ismail yang sekaligus menutup seluruh rangkaian acara Ngariung.


(eye)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.