Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Gugur Usai Serangan Israel di Jalur Gaza

Pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, menghabiskan 23 tahun di penjara Israel sebelum dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel pada tahun 2011, yang dikenal dengan “Kesepakatan Shalit.” "Kenapa kalian belum membebaskan Palestina?" tanya Sinwar kepada rekan-rekannya dalam pernyataan pertamanya setelah dibebaskan dari penjara. (Foto: Anadolu)


ANKARA -- Kelompok pejuang Palestina Hamas membenarkan isu gugurnya Yahya Sinwar, kepala biro politik gerakan tersebut, dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza. Melalui pernyataan yang disiarkan di televisi, Jumat (18/10/2024), pejabat Hamas Khalil Al Hayya memuji Sinwar sebagai pahlawan yang melawan pasukan Israel hingga napas terakhirnya.

Al Hayya kemudian menekankan bahwa warga Israel yang disandera oleh Hamas tidak akan dibebaskan hingga agresi Israel di Gaza benar-benar berhenti, warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel dibebaskan, dan pasukan Israel benar-benar ditarik dari Gaza.

Al Hayya menegaskan kembali komitmen Hamas untuk melanjutkan perjuangan hingga berdirinya negara Palestina dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya. Pada Kamis (17/10/2024), militer Israel menyatakan telah membunuh Sinwar dalam serangan di Jalur Gaza.

Sinwar dianggap sebagai tokoh utama dan penyelenggara serangan yang dilancarkan Hamas ke perbatasan Israel pada 7 Oktober 2023.

Menyusul berita kematian Sinwar, salah satu pemimpin Hamas yakni Khaled Meshaal mengambil alih peran sebagai kepala sementara kelompok tersebut.

Kabar itu dikabarkan oleh saluran televisi Lebanon LBCI yang mengutip sejumlah sumber. Menurut laporan itu, Meshaal, yang memimpin gerakan Hamas di luar Palestina, kini bertanggung jawab atas semua kegiatan komunikasi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi dan masalah tahanan.


(anadolu/antara/ark)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.