Abdul Mu’ti Beberkan 2 Masalah Pendidikan di Indonesia yang Mendesak untuk Diselesaikan

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti. (Foto: muhammadiyah.or.id)

JAKARTA -- Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, menyatakan saat ini terdapat dua masalah pendidikan di Indonesia yang mendesak untuk segera diselesaikan. Masalah pertama adalah tidak meratanya akses untuk mendapatkan pendidikan, apalagi ketika melihat data angka partisipasi di tingkat dasar, menengah, dan tinggi.

"Hal ini memerlukan kerja serius untuk segera dituntaskan. Kita memang harus bekerja serius untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak bangsa di manapun mereka berada, apapun kondisinya untuk bisa mendapatkan hak pendidikan,” kata Mu’ti dikutip dari muhammadiyah.or.id, Sabtu (5/10/2024).

Terkait dengan pemerataan akses pendidikan, menurut Guru Besar Bidang Pendidikan Agama Islam ini, pemerataan pendidikan merupakan amanat dari konstitusi. Oleh karena itu pemerintah memiliki kewajiban untuk merealisasikannya.

Masalah yang kedua adalah kesenjangan mutu pendidikan. Mu’ti memetakan realitas kondisi mutu dunia pendidikan Indonesia menjadi tiga, yaitu yang serba terbatas, sedang-sedang saja, dan pendidikan yang sudah elitis. “Jadi kalau kita buat penyederhanaan itu ada yang elite dan ada yang alit,” ungkap dia.

Bercermin dari pengalamannya selama di Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M), Mu’ti menjelaskan dari delapan indikator yang ditetapkan, sebagian besar mutu pendidikan di Indonesia masih berada di level B.

“Di level B itu yang persentasenya paling banyak, A itu yang sebagian kecil, dan yang C atau yang tidak terakreditasi itu juga sebagian kecil,” jelas Mu'ti.

Delapan standar yang ditetapkan itu meliputi Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, serta Standar Penilaian.

Sementara itu, menurut Mu'ti, untuk mengangkat yang B ke level A dan yang C ke level B bukan suatu pekerjaan yang mudah. Bahkan ia menyebut itu tidak mungkin dikerjakan sendiri oleh Kemendikbudristek.

Mu’ti memetakan, saat ini jumlah institusi pendidikan di Indonesia yang paling banyak adalah di TK atau PAUD, SD dan SMP serta SMA. Menurutnya ini jumlah yang wajar. Namun nahasnya, banyak masyarakat Indonesia yang hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat SD atau SMP.

Di sisi lain, sambung Mu'ti, Indonesia sebentar lagi akan menghadapi bonus demografi. Artinya perlu adanya penyiapan sumber daya manusia yang unggul dan maju, dan itu kuncinya ada pada pendidikan yang didapatkan.


(muhammadiyah.or.id/ark)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.