Waketum MUI Marsudi Syuhud Tekankan Toleransi Beragama pada Forum Pemuka Agama di Prancis

Wakil Ketua Umum (Waketum) Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Marsudi Syuhud (kanan) dalam pertemuan pemuka agama bertajuk "Imagine Peace" di Paris, Prancis, pada Senin (24/9/2024). (Foto: MUI)

 

JAKARTA -- Wakil Ketua Umum (Waketum) Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Marsudi Syuhud memberikan ceramah tentang toleransi antarumat beragama dalam pertemuan pemuka agama bertajuk "Imagine Peace", di Paris, Prancis pada Senin (24/9/2024). Kiai Marsudi menyampaikan konsep Bhinneka Tunggal Ika, yang melalui konsep tersebut, maka persaudaraan antarsesama umat manusia bisa terjalin, dan mewujudkan sejumlah sifat-sifat terpuji sebagaimana yang diajarkan oleh Islam.  

"Sifat-sifat yang tertanam untuk saling menghormati, saling menghargai, saling mempercayai, saling mendukung, dan saling melindungi, lahir dan hidup dari sifat yang sangat terpuji yang diperintahkan oleh Allah," kata Marsudi dalam keterangan tertulisnya yang diterima pada Kamis (29/9/2024).

Marsudi menyebut beragam sifat tersebut merupakan bagian dari sikap toleransi, yang memiliki dua dimensi, yaitu saling memaafkan dan melihat kebaikan dalam suatu hal yang dilakukan oleh orang lain, serta bertoleransi dalam artian memberikan ruang untuk bersosialisasi satu sama lain.  

"Kita hidup beragama dalam satu negara, ibarat kita hidup dalam satu rumah besar, di dalam rumah besar itu ada dua ruangan," jelas Marsudi.  

Marsudi melanjutkan, ruangan pertama adalah ruang publik, yang bisa dimasuki siapa saja, termasuk di antaranya ruang bagi para pemeluk agama bisa bekerja sama satu sama lain dalam kehidupan bermasyarakat, ruang untuk saling menolong satu sama lain, ruang persaudaraan umat manusia yang harus dikembangkan menjadi ruang untuk persaudaraan bangsa.  

Sementara ruang kedua, lanjut Marsudi, adalah ruang privasi, yaitu ruang tauhid, iman, dan ubudiah. Ruang ini adalah ruang yang membedakan antara tamu dan pemilik rumah. Ruang yang membedakan antara satu entitas dengan entitas yang lain, ruang yang membedakan antara satu agama dengan agama yang lain.

"Yang harus dipahami di sini secara mendalam adalah di ruang mana seorang Muslim dapat bekerja sama dan hidup bersama dengan non-Muslim, dan di ruang mana kita mempertahankan perbedaan kita," ujar Marsudi menjelaskan.

Marsudi menekankan di ruang keimanan inilah seluruh umat beragama harus bisa menghargai perbedaan karena di ruang inilah esensi dari perbedaan dari ruang kehidupan untuk hidup bersama, sebagaimana yang diperintahkan dalam Al-Quran "lakum diinukum waliyadiin" (bagimu agamamu, bagiku agamaku).  

Menurut Marsudi, toleransi adalah bagian dari keadilan karena itu berarti mutual, atau saling memberi, saling menghormati, saling melindungi, saling menyayangi, dan saling mengakui. Hal itu pula yang menghiasi kehidupan manusia.

"Hiasan yang paling tepat dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat adalah toleransi karena dari toleransi akan menghasilkan kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain," kata Marsudi menandaskan.


(ant/eye)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.