Paus dan Kemewahan

Swary Utami Dewi. (Foto: Dok.pri)

Oleh Swary Utami Dewi *)

September 2024 makin ceria saat Paus Fransiskus datang ke Indonesia. Riuh rendah penyambutan terjadi.

Paus merangkul semua. Tangannya melambai. Jepretan wartawan menunjukkan banyak hal tentang Bapa Suci Umat Katolik ini. Salah satunya tentang kesederhanaan.

Jam tangan tak mahal tertempel di tangan kirinya. Penunjuk waktu yang dikenakan bukan barang mewah. Konon produk buatan Jepang ini berharga ratusan ribu rupiah. Lalu lihat ke bagian bawah. Sepatu Paus yang tertangkap kamera merupakan sepatu tua, bahkan tergolong lusuh, yang menunjukkan lamanya benda itu telah digunakan.

Kendaraan yang dikenakan Paus sangat sederhana. Beliau duduk di depan, di samping supir. Tampak tak ada rasa risih ketika beliau duduk di situ. Lalu pesawat yang ditumpangi adalah pesawat yang bisa dinaiki banyak orang. Bukan jenis burung besi yang harga terbangnya hanya bisa digapai oleh kelompok kaya tertentu.

Sosok pemimpin seperti Paus tentu sangat layak mendapatkan fasilitas paling mewah. Ia pemimpin agama besar, sekaligus tokoh dunia yang dihormati. Layak pula ia mengenakan atribut mahal di badannya.

Tapi pilihan Paus yang diperlihatkannya berhari-hari selama di Indonesia, juga di negara tetangga Timor Leste dan Papua Nugini menunjukkan konsistensi yang sama. Paus memang sosok yang sederhana dan tak ingin menunjukkan ia punya kasta berbeda dengan yang lain.

Tak salah jika aku teringat dengan kehebohan yang diciptakan oleh para anak dan mantu sang petinggi paling tinggi negeri yang sedang banyak ditampilkan media. Bukan karena gaya sederhana atau cara hidup merakyat. Tapi pemilihan tentangan tas super mahal, busana mewah, makanan yang tak terjamah oleh kebanyakan rakyat negeri ini, bahkan hotel luks dan pesawat jet (entah milik siapa) yang digunakan.

Dan uniknya, jika tampilan sederhana Paus dijepret media dan terpampang karena paparan media, maka untuk anak mantu sang bapak, beberapa potret mewah itu justru agak-agak sengaja diposting sendiri di akun pribadi yang bersangkutan.

Bahkan beberapa diunggah saat demonstrasi besar-besaran sedang terjadi Agustus 2024 lalu di banyak kota di tanah air. Betul-betul dan tak bisa ditampik ada keinginan untuk pamer kemewahan itu alias flexing.

Di saat banyak kritik sedang digaungkan untuk memperbaiki kondisi negeri, nyata ada yang tanpa malu-malu pamer barang dan fasilitas mewah. Tentunya perlu uang sangat banyak untuk membeli barang tersebut atau mendapatkan fasilitas hotel dan jet semewah itu.

Coba cek saja di media. Sudah banyak ulasan tentang harga barang dan fasilitas mewah yang tertangkap karena hobi flexing anak dan mantu sang bapak. Uang dari mana? Atau siapa yang memberikan semua itu? Entahlah, sekarang hal tersebut sedang banyak dikulik.

Aku jadi teringat saat sang bapak ingin mendaki tangga tertinggi di negeri ini. Yang ditonjolkan adalah kesederhanaan dan kepolosan.

Baju putih harga sekian, yang sengaja digulung supaya menunjukkan semangat kerja dan kerja; Celana hitam dari bahan terjangkau; Sepatu sederhana yang bisa dibeli kebanyakan orang. Ke mana itu semua? Ke mana kesederhanaan dan kesan lugu itu tertinggal? Apakah di gorong-gorong sana semua itu ditanggalkan.

Entahlah... Ke mana semua itu menghilang. Ataukah, sejak semula semua hanya semu belaka (?)


16 September 2024

*) Penggiat Perkumpulan Penulis Nasional, Satu Pena, dan sekaligus Wakil Sekjen Satu Pena

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.