10 Tahun Jokowi Berkuasa, Utang RI Meledak Hingga Rp 8.502 Triliun

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). (Foto: setkab.go.id)

JAKARTA -- Utang Indonesia bertambah hampir Rp 6.000 triliun atau melonjak 224 persen selama 10 tahun pemerintahan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Biaya bunga utang juga melonjak lebih dari 200 persen.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI mencatat posisi utang pemerintah mencapai Rp 8.502,69 triliun hingga Juli 2024. Jumlah utang itu naik sebesar Rp 57,82 triliun dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang senilai Rp 8.444,87 triliun.

Sebagai catatan, Jokowi memimpin Indonesia sejak 20 Oktober 2014. Posisi utang pemerintah pada September 2014 atau sebelum Jokowi memimpin tercatat Rp 2.601,72 triliun atau setara dengan 26,5 persen dari  Produk Domestik Bruto (PDB).

Dikutip data dokumen APBN KiTa Edisi Agustus 2024, rasio utang pemerintah tersebut setara 38,68 persen terhadap Produk Domestik bruto (PDB) Indonesia.

Jumlah utang tersebut jauh lebih besar dibandingkan selama era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di mana utang Indonesia bertambah sekitar Rp 1.300 triliun.

Dikutip dari CNBC, Senin (19/8/2024), lonjakan utang terbesar terjadi pada 2020, yakni bertambah Rp 1.383 triliun. Lonjakan terjadi setelah dunia dan Indonesia dihantam pandemi Covid-19.

Aktivitas ekonomi yang lumpuh hingga resesi membuat pemerintah mau tak mau menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai tulang punggung pertumbuhan. Tanpa aktivitas ekonomi, pendapatan pajak pun jatuh sehingga utang menjadi solusi untuk membiayai belanja, memitigasi dampak pandemi hingga menggerakan ekonomi.

Namun demikian, utang yang menumpuk di era Jokowi tidak hanya dipicu pandemi tetapi karena belanja pemerintah yang juga agresif. Di antaranya adalah untuk membangun infrastruktur hingga subsidi bahan bakar minyak (BBM).

 

(nnn)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.