Tak Ada Tempat Aman dari Serangan Israel, PBB Khawatirkan Situasi di Jalur Gaza Palestina

Wilayah Gaza Palestina yang diserang Israel/ilustrasi. (Foto: Pixabay)

WASHINGTON -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perhimpunan Bangsa Bangsa (PBB/UN) Antonio Guterres pada Senin (15/7/2024) menyatakan kekhawatirannya mengenai situasi di Jalur Gaza, Palestina, karena tidak ada tempat yang aman di wilayah kantung yang terkepung Israel tersebut.

“Tingkat pertempuran dan kehancuran yang ekstrim di Gaza tidak dapat dipahami dan tidak dapat dibenarkan. Di mana-mana terdapat potensi zona pembunuhan,” kata Guterres pada media sosial (medsos) X dikutip Anadolu, Rabu (17/7/2024).

Menurut Guterres, ini saatnya bagi semua pihak yang berkonflik untuk menunjukkan keberanian dan kemauan politik untuk bersepakat pada akhirnya.

Secara terpisah, juru bicara Guterres, Stephane Dujarric mengatakan, PBB mengingatkan semua pihak untuk menghormati kewajiban di bawah hukum humaniter internasional dan untuk selalu berhati-hati dalam menyelamatkan warga sipil dan objek sipil.

“Saya dapat memberitahu Anda lebih lanjut bahwa kami dan mitra kemanusiaan kami terus membantu keluarga yang mengungsi dari Gaza utara ke daerah di selatan,” kata Dujarric kepada wartawan.

Dujarric menyoroti bahwa Kantor PBB dan Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan bahwa dengan setiap arahan evakuasi baru, keluarga-keluarga di Gaza dipaksa untuk membuat pilihan yang mustahil, yakni tetap berada di tengah pertempuran aktif atau melarikan diri ke daerah-daerah yang memiliki sedikit ruang atau layanan.

"Tidak ada tempat yang aman di Gaza. Tidak ada tempat bernaung, tidak ada rumah sakit, dan tidak ada yang disebut zona kemanusiaan,” tegas Dujarric.

Israel, yang mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB untuk menerapkan gencatan senjata segera, telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutal yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023 lalu oleh kelompok Palestina Hamas.

Hampir 38.700 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 89.000 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Lebih dari sembilan bulan setelah serangan Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang keputusan terbarunya memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militer di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diinvasi pada 6 Mei 2024.


(nnn)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.