PM China Li Peringatkan tak Ada Negara yang Bebas Risiko dari AI

Kecerdasan buatan (AI)/ilustrasi. (Foto: Pixabay)

ISTANBUL -- Perdana Menteri (PM) China Li Qiang saat berpidato di Konferensi Kecerdasan Buatan Dunia 2024 di Shanghai pada Kamis (4/7/2024) memperingatkan bahwa tidak ada negara yang bebas dari risiko penggunaan kecerdasan buatan (AI), meski itu merupakan 'kekayaan bersama umat manusia'.

“Risiko yang ditimbulkan oleh kecerdasan buatan adalah tantangan kita bersama. Tidak ada negara yang bisa menghindari hal ini,” ujar Li seperti dikutip Anadolu dan dilansir Antara, Jumat (5/7/2024).

Li menyerukan kerja sama yang lebih mendalam dalam tata kelola AI dan pembentukan mekanisme internasional dengan partisipasi universal. Ia menekankan teknologi baru yang aman, andal, dan terkendali, namun menyesalkan bahwa banyak negara berkembang masih tertinggal.

"Kesenjangan kecerdasan ini perlu dijembatani dan saya mengusulkan kerja sama antarnegara untuk menumbuhkan lingkungan yang adil dan terbuka dalam pengembangan AI," jelas Li.

Menurut Li, sebanyak 2,5 miliar manusia di dunia masih berada di luar jaringan, dan banyak negara berkembang belum mendapatkan manfaat nyata dari pengembangan kecerdasan buatan.

Namun, lanjut Li, kecerdasan buatan adalah kekayaan bersama umat manusia. Masyarakat China selalu percaya bahwa pembangunan sejati adalah ketika semua orang berkembang bersama-sama.

Wakil Menteri Perindustrian dan Teknologi Informasi China, Shan Zhongde, mengatakan jumlah perusahaan AI di negara tersebut telah melampaui 4.500. Skala kekuatan komputasi China berada di peringkat dua secara global.

Menurut laporan baru badan PBB, penemu yang berbasis di China mengajukan paten kecerdasan buatan generatif (GenAI) berjumlah paling tinggi.

GenAI memungkinkan pengguna untuk mengembangkan beragam konten, termasuk teks, gambar, audio, dan kode perangkat lunak, yang digunakan untuk mendukung banyak produk industri dan konsumen.

Produk-produk ini termasuk chatbots seperti ChatGPT, Google Gemini, dan mesin pencari China ERNIE Baidu, demikian sebuah laporan yang dirilis oleh Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia pada Rabu.

Menawarkan pengalaman praktis China dalam tata kelola AI global, Li mengatakan, pengembangan AI merupakan peluang besar bagi dunia dan tantangan global yang besar. "Penting bagi semua negara untuk melakukan diskusi mendalam, membangun konsensus, memanfaatkan peluang, dan mengatasi tantangan bersama-sama,” tegas dia.


(nnn)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.