Aktivis NU Prof Nadirsyah: Kunjungan Kader NU ke Israel Pasti Terkait Organisasi

Lima orang Nahdliyin yang berpose bersama Presiden Israel Isaac Herzog belum lama ini. (Foto:Istimewa).


JAKARTA -- Berbagai platform media sosial (medsos) pada Senin (15/7/2024) dihebohkan dengan unggahan gambar yang menunjukkan lima orang tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) atau Nahdliyin yang melakukan pertemuan dengan Presiden Israel Isaac Herzog. Aktivis NU Profesor Nadirsyah Hosen angkat bicara soal kunjungan lima aktivis NU yang bertemu dengan Presiden Israel di tengah aksi kejam Israel yang menimpa warga Palestina.

"Saya mengenal beberapa nama yang berangkat menemui Presiden Israel itu. Bahkan saya sudah tabayun dengan salah satunya via WA. Pengakuannya, undangan diatur lewat jaringan alumni Harvard, dan berkenaan dengan akademik dan start up. Dan ini diklaim sebagai kunjungan pribadi, bukan atas nama NU," ujar Prof Nadirsyah dalam keterangannya melalui akun medsosnya, dikutip pada Selasa (16/7/2024).

Namun demikian, kata Nadirsyah, kalau mereka cuma 'aktivis dan cendekiawan' saja ia yakin mereka tidak akan masuk radar untuk diundang bertemu Presiden Israel.

"Justru karena ada embel-embel NU-nya makanya mereka diundang. Jadi tidak bisa ngeles dengan mengatakan ini atas nama pribadi. Mohon maaf atas keterusterangan saya ini, tanpa NU mereka bukan siapa-siapa dan gak bakal masuk radar Israel," jelasnya.

Sebagai cendekiawan NU, Nadirsyah menilai mereka bertindak bukan hanya atas pilar tasamuh (toleransi) dan tawasuth (moderasi), tapi juga tawazun dan i’tidal.

"Tawazun artinya seimbang. Itu sebabnya mereka saat mendapat undangan harus menimbang banyak hal terlebih dahulu, termasuk geo politik dan konflik yang terjadi saat ini. I’tidal artinya tegak lurus pada aturan main, keadilan, dan kebenaran. Kita tahu bagaimana Mahkamah Internasional sudah bersikap. Begitu juga kebijakan Pemerintah RI soal ini. Jadi yang dilakukan kelima orang itu jauh dari prinsip NU: tawazun dan i’tidal," tegas Nadirsyah.

Nadirsyah yang juga Guru Besar Ilmu Hukum di Monash University Australia itu menilai Presiden Israel itu hanya simbol seremonial belaka. Tidak menjalankan roda pemerintahan sehari-hari.

"Jadi alasan mau berdiskusi soal konflik dengan dia itu menunjukkan ketidakpahaman soal struktur Pemerintahan Israel. Lagipula seruan damai Sekjen PBB dan Paus Fransiskus saja dicuekin, mereka ini siapa kok merasa bisa mempengaruhi kebijakan Netanyahu. Banyakin ngaca Mas-Mbak," sindir Nadirsyah.

Menurut Nadirsyah, program kunjungan seperti ini sudah lama berjalan bertahun-tahun dan selalu memicu kontroversi. Ia menyarankan yang merasa tokoh/aktivis/ulama sebaiknya menolak undangan semacam ini selama konflik belum usai. "Yang untung cuma Israel dengan kunjungan dari NU. Mudaratnya lebih banyak," tegas dia.

 

PBNU panggil 5 kadernya yang temui Presiden Israel

Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Saifullah Yusuf menyatakan, PBNU akan memanggil lima orang Nahdliyin yang bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog, dan fotonya viral di medsos.

“Yang bersangkutan akan dipanggil untuk dimintai keterangan dan penjelasan lebih dalam tentang maksud tujuannya, latar belakang, dan siapa yang memberangkatkan, serta hal-hal prinsip lainnya,” ujar pria yang akrab disapa Gus Ipul itu dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (15/7/2024).

Selain itu, Gus Ipul mengatakan bahwa PBNU juga segera memanggil pimpinan badan otonom (banom), serta lembaga yang menjadi pengabdian dari kelima orang tersebut. “Ketua Umum PBNU juga akan memanggil pimpinan banom dan lembaga yang menjadi pengabdian yang bersangkutan,” ujarnya.

Gus Ipul menjelaskan, jika ditemukan unsur pelanggaran organisasi, maka bukan tidak mungkin kelima orang itu akan diberhentikan dari statusnya sebagai pengurus lembaga atau banom.

Sementara itu, Gus Ipul menyayangkan kunjungan lima orang tersebut yang mengatasnamakan pemuda NU ke Israel dan bertemu Isaac Herzog. “Kelima orang tersebut tidak mendapat mandat PBNU, dan juga tidak pernah meminta izin ke PBNU,” katanya.

Menurut Gus Ipul, kepergian lima orang itu ke Israel adalah tindakan yang sangat tidak bijaksana di tengah situasi yang memanas antara Israel dan Palestina. Apalagi, lanjut dia, NU sebagai organisasi berada di barisan depan mengutuk serangan terus-menerus yang dilakukan Israel.

“Kepergian mereka ke Israel adalah tindakan yang sangat-sangat tidak bijaksana, membingungkan, dan mendapatkan banyak kecaman yang nyata. Kunjungan itu juga melukai perasaan kita semua,” ujar Gus Ipul menegaskan.

 

(nnn)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.