Lewat Pengembangan Peternak Lokal, Sarihusada Dorong Susu Sebagai Sumber Nutrisi Penting

Sarihusada berfokus pada pengembangan peternak dan koperasi susu lokal dan juga inovasi dalam pemeliharaan sapi. (Foto: pixabay)

JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021 melaporkan, jumlah rata-rata konsumsi susu di negara Indonesia termasuk rendah, sebesar 16,27 kg/kapita/tahun pada 2020. Rendahnya tingkat konsumsi susu di Indonesia diakibatkan antara lain oleh terbatasnya populasi sapi perah di Indonesia yang menyebabkan rendahnya produksi susu segar.

Karena itu, dalam momen Hari Susu Sedunia, Sarihusada berkomitmen untuk menghadirkan produk susu yang berkualitas namun juga mudah dijangkau masyarakat. Hal ini diwujudkan lewat berbagai inisiatif termasuk dalam hal pengembangan peternak dan koperasi lokal.
 
Head of Climate & Stewardship Danone Indonesia, Ratih Anggraeni, mengatakan, Sarihusada berkomitmen untuk menjadikan susu sebagai pangan bernutrisi yang mudah dijangkau masyarakat. Ini dapat tercapai dengan berbagai upaya dan adaptasi yang berfokus pada pengembangan peternak dan koperasi susu lokal dan juga inovasi dalam pemeliharaan sapi.

“Untuk meningkatkan kapasitas peternak dan koperasi susu, Sarihusada menerapkan praktik peternakan yang baik atau good dairy farming practice, serta melakukan inovasi pakan baru, yaitu rumput Gama Umami dan mengujicobakan jenis sapi baru, yakni sapi jenis jersey dengan susu yang mengandung lemak dan protein lebih tinggi. Kami juga melakukan sistem digitalisasi agar para peternak dapat lebih mudah dalam melakukan pendataan kondisi sapi dan produksi susu mereka,” ujar Ratih pada Rabu (19/6/2024).
 
Peningkatan kapasitas yang dilakukan dalam aspek praktik peternakan yang baik, lanjut Ratih, meliputi pengelolaan peternakan sapi perah dan pakan ternak, kesejahteraan hewan, pengelolaan susu segar, biogas, dan perekaman data ternak dan produksi susu secara digital. "Inisiatif Sarihusada mengenalkan jenis sapi jersey yakni ras sapi perah Inggris berwarna coklat yang diharapkan lebih toleran dengan suhu di kawasan tropis," jelas dia.

Umumnya, sambung Ratih, peternak Indonesia terbiasa dengan sapi friesian holstein atau yang biasa disebut dengan sapi belang yang produksinya akan optimal di daerah subtropis yang lebih dingin. Sehingga di Indonesia, sentra peternakan sapi perah identik ada di daerah pegunungan yang berhawa sejuk saja.
 
“Sarihusada tak hanya berfokus pada pengembangan kemampuan peternak dalam memproduksi susu, namun juga dalam hal pengelolaan kotoran ternak sapi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan yaitu biogas. Kotoran sapi difermentasi melalui reaksi kimia anaerob untuk menghasilkan metana yang dimanfaatkan keluarga peternak sebagai sumber energi untuk kebutuhan domestik," kata Ratih memaparkan.

Sepanjang tahun 2022-2023, lanjut Ratih, telah dihasilkan sebanyak 100 unit biodigester yang dimanfaatkan keluarga peternak. "Kami berharap berbagai program peningkatan kapasitas dari berbagai aspek ini dapat membuat para peternak menjadi lebih mandiri sehingga produktivitasnya juga dapat meningkat,” tegas dia.
 
Program yang juga bertujuan menciptakan dampak positif ke lingkungan, terutama dalam hal memitigasi perubahan iklim ini dikembangkan bersama Yayasan Rumah Energi (YRE) dan sedanng diimplementasikan di tiga kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Provinsi Jawa Tengah. YRE merupakan organisasi nirlaba yang telah memiliki pengalaman belasan tahun dalam pengembangan sumber energi terbarukan di Indonesia, dan kini bersama Sarihusada turut memfasilitasi peternak dan koperasi untuk mengembangkan program biogas.

“Selain memberikan pelatihan, kami pun menawarkan berbagai skema pembiayaan dan pembangunan biogas bagi peternak dan koperasi susu lokal, baik melalui arisan maupun kredit biogas. Ini diharapkan bisa membantu mengurangi risiko pencemaran tanah dan badan air, serta pelepasan gas metana ke atmosfer akibat tidak terkelolanya kotoran yang dihasilkan dalam konteks budidaya sapi perah, serta membantu peternak untuk mencapai kemandirian pangan dan energi,” jelas Direktur Eksekutif YRE, Sumanda Tondang.
 
Melalui program pengembangan peternak dan koperasi susu lokal ini, lanjut Sumanda, terdapat 24 pengurus dari tiga koperasi yang telah difasilitasi dalam training of trainer dan 480 peternak yang dilatih dan didampingi untuk menerapkan praktik pertanian yang baik dan pengelolaan susu segar.

Salah satu peternak dampingan Sarihusada, Daryono menjelaskan, tantangan dalam melakukan ternak sapi sangatlah beragam, dari upaya untuk menjaga kesehatan ternak, menjaga produktivitasnya, hingga pengelolaan kotoran yang ada.

Sebagai seorang peternak, Daryono sangat merasakan manfaat yang diberikan dalam program pemberdayaan tersebut. "Menurut saya, program pemberdayaan yang difasilitasi Sarihusada banyak membantu saya untuk lebih produktif, baik dari sisi pengetahuan dan fasilitas untuk menghasilkan susu yang berkualitas bagi masyarakat Indonesia,” tandas dia.
 

(nnn)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.