Pesta Siswa Literasi Digital: Pendidikan dan Keterampilan Digital Bangun Karakter Positif Generasi Muda

Para peserta acara Talk Show Pesta Siswa Literasi Digital bertajuk Indonesia #MakinCakapDigital “Pendidikan untuk Generasi Emas di Era Digital” di Gedung Sultan Suriansyah, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (21/5/2024).

BANJARMASIN -- Pendidikan dan keterampilan digital menjadi hal penting dalam membangun karakter positif bagi generasi muda. Banyaknya informasi yang tidak terkontrol dan kemudahan dalam mengakses informasi serta pengaruh lingkungan digital yang sangat kuat menjadi tantangan bagi generasi muda dalam pembentukan karakter positif di ruang digital.

“Mari menggunakan media sosial sesuai dengan fakta-fakta di dunia nyata, jangan ada saling menjatuhkan, saling tidak menghormati satu sama lain dan saling fitnah atau tebar hoax di dunia digital," ujar Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan, Muhammadun, dalam sambutannya di acara Talk Show Pesta Siswa Literasi Digital bertajuk Indonesia #MakinCakapDigital “Pendidikan untuk Generasi Emas di Era Digital” di Gedung Sultan Suriansyah, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (21/5/2024).

Muhammadun meminta generasi muda untuk menggunakan media sosial (medsos) secara positif dan berkarya. "InsyaAllah dengan menggunakan dunia digital secara positif karakter kita bisa terbentuk, bisa menjadi orang yang
besar dan berpengaruh bagi Indonesia,” jelas dia.

Pranata Komputer Ahli Pertama Dinas Kominfotik Kota Banjarmasin, Rizki Yuwanda, membenarkan bahwa generasi muda harus memiliki pondasi yang kuat untuk bisa memilah informasi yang didapatkan dari medsos karena hal itu penting untuk membangun karakter generasi muda di dunia digital.

“Karakter utama yang harus dimiliki oleh generasi muda saat ini yaitu, yang pertama harus berpikir kritis. Sebelum menerima informasi harus dicurigai dulu, pokoknya harus dicari tahu dulu faktanya apa. Jadi jangan terima informasi secara mentah. Setelah dicari tahu kebenarannya, baru kita bisa menyebarkannya kepada orang lain,” kata Rizki.

Tidak hanya berpikir kritis, lanjut Rizki, penerapan pola pikir saring sebelum sharing juga harus dilakukan untuk mencegah terjadinya hoaks yang dapat merugikan orang-orang terdekat. “Kita dalam bermedia sosial harus selalu pegang teguh prinsip saring sebelum sharing. Entah itu ketika kita menyebar informasi di grup WhatsApp, kita harus saring dulu, jangan langsung
nyebarin berita yang bahkan kita nggak tau faktanya gimana,” ucap dia.

Pada kesempatan yang sama, Dosen UIN Antasari Banjarmasin dan Anggota Badan Akademi Relawan TIK Indonesia (ARTIKA) RTIK, Muhammad Ridha, mengingatkan generasi muda harus lebih berhati-hati dalam menggunakan medsos dikarenakan semua informasi di dunia digital bisa didapatkan dengan mudah dan berpotensi memengaruhi karakter yang terbentuk di kemudian hari.

“Medsos ini kan punya dua potensi, bisa merusak dan memperbaiki. Perlu tanggung jawab pertama untuk memperbaiki karakter generasi muda saat ini dengan memperbanyak konten-konten positif yang bermanfaat bagi mereka semua,” jelas Ridha.

Ridha menambahkan, dalam menindaklanjuti dampak negatif tersebut, diperlukan adanya regulasi yang mengatur penggunaan gadget atau medsos agar dapat meningkatkan minat dan kualitas pembelajaran bagi generasi muda.

Penggunaan gadget yang tidak teratur oleh para siswa menjadi salah satu alasan turunnya minat belajar. Maka dari itu, diperlukan adanya tindakan kolaboratif antara beberapa pihak untuk membuat regulasi yang menjadi solusi yang baik dalam permasalahan ini.

“Kita memang harus concern dalam penggunaan gadget ini, walaupun tidak semua tapi ada saja yang mempengaruhi minat belajar siswa siswi. Jadi perlu adanya kerja sama antara guru dan orang tua serta pemerintah dalam membentuk regulasi dalam penggunaan gadget yang benar saat proses pembelajaran,” ujar Ridha menegaskan.

 

(nnn)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.