Salim Said Bagai Kamus Berjalan Soal Politik dan Militer

Salim Said. (Foto: rri.go.id/antara/istimewa)

Oleh Selamat Ginting *)

Sosok almarhum Prof Salim Said menjadi kamus berjalan bagi wartawan dan akademisi jika membahas masalah politik dan militer, terutama era 1990-2010-an. Kelebihan Salim Said karena dia wartawan sekaligus ilmuwan sosiologi dan politik sehingga kaya dengan data, fakta, dan pengalaman empiris.

Kami merasa kehilangan dengan wafatnya Salim Said dalam usia 80 tahun pada Sabtu (18/5/2024). Apalagi figur Salim merupakan trendsetter kami.

Kami belajar banyak dari almarhum karena mengawali sebagai wartawan politik dan militer kemudian menjadi ilmuwan politik. Jadi almarhum Salim Said menjadi idola yang saya ikuti kiprahnya.

Namun, dalam lima tahun terakhir ini, mungkin karena faktor usianya, Salim Said kurang memperbarui dan mengikuti perkembangan militer di Indonesia terkini. Kami yang lebih muda dan juniornya menutupi sekaligus melengkapinya.

Pengalaman Salim Said saat menjadi wartawan politik dan militer di era pergantian kepemimpinan nasional dari Presiden Sukarno kepada Presiden Soeharto membuatnya banyak mengetahui sejarah dinamika politik era tersebut.

Otomatis sebagai wartawan, Salim Said juga saksi sejarah sehingga menjadi narasumber yang memiliki informasi yang banyak dan valid. Salim Said merupakan pengamat senior bidang politik dan militer, bukan dengan modal browsing di internet. Melainkan sebagai wartawan dan dosen punya kedekatan dengan sumber-sumber berita yang relevan untuk mendapatkan informasi mendalam.

Selain bidang politik dan militer, Salim Said juga terlibat dalam kegiatan kesenian dan film. Sehingga otak kanan dan kirinya bisa seiring sejalan dalam menjawab pertanyaan dalam diskusi. Wajar bila kami kini mengikuti jejak perjalanan Salim Said. Ia memang guru bagi kami.

Jakarta, Minggu, 19 Mei 2024

*) Pengamat politik dan militer Universitas Nasional (Unas) Jakarta

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.