Kemiripan Susianah dan Khofifah Hingga Muncul Tagar 'Kader Khofifah' pada Google Searching

Susianah Affandy (dua kiri) dan Khofifah Indar Parawansa (dua kanan), serta para perempuan kader Nahdlatul Ulama (NU). (Foto: Dokumentasi Pribadi)

JAKARTA -- Mengutip dari akun media sosial Facebook (FB) milik Susianah Affandy pada Selasa, 21 Mei 2024, terdapat postingan yang menginspirasi. Di sana, Susianah menulis status “Iseng coba-coba ketik nama di Google Searching, pilihan gambar lalu klik. Hee ada lima tagar tentang saya yakni ilmu politik, pemberdayaan masyarakat, kader Khofifah, dan inspirasi Indonesia”.

Mengapa tagar “kader Khofifah” melekat di Google Searching pada sosok yang kini mengabdikan diri di Kantor Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN)?

Bisa dibilang Susianah memiliki hobi yang sama dengan Khofifah Indar Parawansa yang dikenal sebagai politisi ulung negeri ini. Jika Khofifah melakoni pengabdian melalui jalur politik, beda dengan Susianah yang aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan di luar sektor politik.

Khofifah sebagaimana diketahui adalah Tokoh Perempuan NU yang memiliki pengaruh luas di tingkat global, regional, dan nasional. Khofifah terjun dalam dunia politik di usia 25 tahun sebagai Anggota DPR RI Periode 1992-1997.

Selanjutnya publik mengenal Khofifah tidak hanya sekadar politisi, namun juga sosok pekerja keras, cerdas, dan pembelajar, tiga hal yang juga melekat pada diri Susianah. Apa saja kesamaan keduanya?

Berorganisasi Sejak Kecil

Khofifah lahir dan besar dari keluarga aktivis politik dan sosial kemasyarakatan. Ia mengenal organisasi sejak SD, saat kelas III dipercaya menjadi bendahara kelompok di bai’yah IPPNU.

Hobi sejak SD ini juga dimiliki oleh Susianah. Ia aktif dalam organisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Ia juga aktif dalam kegiatan seni budaya. Susianah memiliki hobi menggambar, membaca, dan menulis. Hobi inilah yang membuat Susianah disayang oleh guru-gurunya.

Saat duduk di bangku kuliah, Khofifah adalah perempuan pertama yang memimpin Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Kota Surabaya. Tidak hanya di Kota Surabaya, bahkan PMII se-Indonesia kala itu belum ada sejarahnya dipimpin seorang perempuan. Karier politik Khofifah tampak saat ia terpilih sebagai Ketua Umum PB KOPRI (Korp PMII Putri).

Pada ranah ini, Susianah beda zaman dengan Khofifah. Saat ia bergabung dengan PMII, organisasi ini tengah berada dalam arus reformasi politik di Indonesia.

Pada saat yang sama ideologi “gender and development” membawa pengaruh langsung pada posisi KOPRI dalam tubuh PMII. Keberadaan KOPRI di banyak PMII tingkat kabupaten/kota meleburkan diri karena terbawa wacana kesetaraan gender.

Tahun 2000-an, Susianah adalah orang pertama yang melakukan advokasi kepada PB PMII bidang perempuan dinahkodai oleh Umi Wahyuni. Advokasi dilakukan untuk mendesak PB PMII melakukan pembahasan ulang tentang keberadaan KOPRI dalam tubuh PMII. Pasalnya, meleburnya KOPRI membuat kader perempuan tidak terwadai secara maksimal, baik saat proses kaderisasi pun demikian pada distribusi kader.

Advokasi menghasilkan keputusan pembahasan KOPRI pada Kongres PMII di Kutai Kertanegara pada tahun 2003. Susianah mendapat mandat sebagai Sekretaris Pokja Wadah Perempuan PMII, yakni forum nasional pembentukan KOPRI pada tahun 2003.

Pekerja Keras dan Cerdas

Khofifah dan Susianah dikenal oleh rekan-rekannya sebagai sosok yang cerdas. Mereka memiliki ide-ide cemerlang yang melambungkan namanya. Kecerdasan Khofifah yang juga dimiliki Susianah nampak pada cara mengembangkan modal sosial sebagai alat penggerakan masyarakat. Kecerdasan lainnya juga terlihat pada setiap ide, gagasan, dan inovasi yang dikembangkan dalam organisasi perempuan.

Khofifah dan Susianah adalah pekerja keras. Jika orang lain bekerja 8 jam, maka keduanya bisa menghabiskan waktu 10 jam untuk bekerja. Kerja keras dan kerja tuntas harus diiringi dengan kerja ikhlas.

Prinsip inilah yang membuat dua tokoh perempuan NU memiliki ketangguhan dan pantang putus asa. Bekerja bagi keduanya adalah hobi. Hobi tersebut dilakukan secara paripurna karena keduanya memiliki kecintaan pada ummat sebagai manifestasi ibadah sosial.

Pembelajar

Kesamaan hoby lain antara Susianah dan Khofifah adalah sosok pembelajar. Khofifah meski dikenal sebagai figur cerdas, namun ia sosok yang haus ilmu pengetahuan dan kebijakan. Ia kerap menghabiskan waktu untuk menyimak materi-materi dalam seminar, juga menghabiskan buku-buku yang sarat dengan pengetahuan.

Khofifah dan Susianah mirip dengan apa yang dikatakan oleh Gramsci sebagai intelektual organik, yakni sosok aktivis sekaligus intelektual.

(nnn)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.