Survei Terbaru ID Insight, Elektabilitas Ganjar-Mahfud 37,8 Persen, Ungguli Prabowo-Gibran dan Anies-Imin

Calon presiden (capres) Ganjar Pranowo dan cawapres Mahfud MD (kanan) untuk Pilpres 2024. (foto: antaranews.com)

JAKARTA -- Lembaga Survei Indonesia Data Insight (Id-Insight) kembali merilis hasil survei selama 1-8 Februari 2024. ID Insight menemukan bahwa pasangan nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD menang dari sisi elektabilitas tertutup dari pasangan nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, dan pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

"Simulasi elektabilitas pasangan capres dan cawapres dengan model pertanyaan tertutup, pasangan Ganjar-Mahfud lebih unggul 37,8 persen, sedangkan Prabowo Gibran 34,3 persen, dan Anies Muhaimin 21,4 persen," ujar Direktur Eksekutif sekaligus Peneliti Senior di Lembaga Indonesia Data Insight (Id-Insight), John Muhammad, Sabtu (10/2/2024).

Menurut John, elektabilitas tertutup Ganjar-Mahfud jika dilakukan Sabtu (10/2/2024) sebesar 35,6 persen. Sementara, Prabowo-Gibran di angka 33,8 persen dan Anies-Muhaimin 26 persen. Adapun dalam simulasi suara Sabtu ini, Ganjar-Mahfud meraup 36,8 persen. Prabowo-Gibran mampu memperoleh 33,8 persen dan Anies-Muhaimin meraih 25,1 persen.

"Simulasi elektabilitas pasangan capres dan cawapres dengan model pengajuan surat suara, hasilnya tidak terpaut jauh dengan model pengajuan pertanyaan tertutup. Pasangan Ganjar-Mahfud di level 38,3 persen, Prabowo Gibran 34,8 persen, dan Anies Muhaimin 22,3 persen," kata John menjelaskan.

Dalam simulasi head to head, Ganjar-Mahfud menang dengan angka 53,8 persen saat diadu dengan Prabowo-Gibran yang hanya meraup 41,1 persen. Ganjar-Mahfud juga menang jauh dengan angka 61 persen saat melawan Anies-Muhaimin yang hanya memperoleh 36 persen. Sementara itu, Prabowo-Gibran menang tipis dengan angka 48,4 persen dari Anies-Muhaimin yang memperoleh 47,5 persen.

Dalam hasil survei, Id-Insight juga mencatat sejumlah ketidakpuasan terhadap Pemerintahan Jokowi-Maruf Amin. Sekitar 42,12 persen responden menilai presiden gagal menciptakan lapangan kerja; 21,21 persen menilai presiden terlibat praktik putusan MK yang menyebabkan Gibran maju sebagai cawapres; 10,52 persen presiden kurang tegas dalam pemberantasan korupsi; 6,92 persen responden tidak suka presiden karena tak konsisten antara pernyataan dan perbuatan; lain-lain sebesar 8,46 persen, serta ketidakpuasan penuh 10,77 persen.

Selain itu, responden meyakini bahwa Presiden Jokowi tidak netral dan berpihak sebesar 67,2 persen, sementara yang yakin tidak berpihak 24,5 persen.

Kemudian, 63,3 persen responden tidak tahu program Prabowo-Gibran soal makan siang dan susu gratis untuk anak dan 36,7 persen responden tahu program tersebut. Dari data responden tersebut, sekitar 57 persen setuju program tersebut dan 37 tidak setuju program tersebut.

Sementara itu, sekitar 42,9 persen tahu program kartu sakti sementara 57,1 persen tidak tahu program kartu sakti. Sekitar 72,3 persen setuju dengan program kartu sakti, sementara 19,1 persen tidak setuju program kartu sakti.

Sebagai penanggap, analis politik sekaligus Direktur Eksekutif Skala Data Indonesia, Arif Nurul Imam, menilai bahwa data yang disampaikan oleh John memang berbeda dengan hasil survei lembaganya. Namun data John menguatkan bahwa pemilu tidak akan berjalan satu putaran. "Ada satu persamaan bahwa pilpres ini terbuka lebar dua putaran," kata Imam.

Pertama, kesamaan data mereka adalah soal angka pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voters) dan pemilih mengambang (swing voters) masih di angka 28-29 persen. Imam yakin angka tersebut akan bergeser kepada penantang, yang kini diyakini publik adalah pasangan Ganjar-Mahfud maupun Anies-Muhaimin.

Kedua adalah soal kepuasan publik. Imam menyetujui temuan id-insight soal penurunan kepuasan publik terhadap Pemerintahan Jokowi. Temuan ini diyakini akan pararel dengan paslon yang didukung Jokowi. Saat ini, publik mempersepsikan Prabowo-Gibran sebagai capres-cawapres yang didukung Jokowi. Meski tidak berkampanye, persepsi publik bahwa Jokowi mendukung Prabowo-Gibran cukup kuat. Hal itu berimbas pada penurunan elektabilitas.

"Kenapa ini menjadi penting? Karena antara kepuasan publik dan tingkat elektabilitas langsung atau tidak itu berkaitan erat di mana capres yang diendorse atau didukung presiden ketika tinggi maka elektabilitas potensial naik, tapi ketika tren kepercayaan publik menurun juga potensi elektabilitas turun," kata Imam menjelaskan. "Dampaknya adalah apakah putaran pilpres 1 putaran atau 2 putaran itu salah satu faktornya. Kalau kemudian ini dibaca oleh publik bahwa peluang pilpres masih dua putaran tentu ini akan menarik."

Survei Indonesia Data Insight dilakukan pada 1-8 Februari 2024. Jumlah responden survei 1.200 orang, margin of error plus minus 2,83 persen pada tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.

 

(dpy)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.