Keren, UMM Malang Beli Pesantren Berarsitektur Majapahit Senilai Rp 55 Miliar
Ketua Umum (Ketum) PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir (tengah) hadir dalam serah terima aset Pondok Pesantren Abdul Malik Fadjar PWM Jatim. (Foto: Universitas Muhammadiyah Malang/UMM) |
JAKARTA -- Aset Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur (Jatim) kian bertambah. Ini menyusul pembelian pondok pesantren (ponpes) oleh Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Pondok pesantren itu berdiri di atas lahan seluas 1,1 hektare yang berlokasi di Karangploso, Kabupaten Malang. Serah terima aset tersebut dilakukan dalam Perayaan Milad Ke-111 Muhammadiyah di Aula Mas Mansur Kantor PWM Jatim, Jalan Kertomenanggal IV/1, Surabaya Sabtu (11/11/2023).
Hadir dalam acara tersebut Ketua Umum (Ketum) PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof. Abdul Mu’ti.
Ketua PWM Jatim Dr. dr. Sukadiono MM mengatakan, UMM telah resmi membeli aset tersebut seharga Rp 55 miliar. Menurut dia, secara appraisal, ponpes itu bernilai sekitar Rp 120 miliar.
“Tetapi karena orangnya butuh untuk segera dibeli, maka oleh UMM langsung dibeli seharga Rp 55 miliar,” kata Dokter Suko, begitu sapaan akrabnya.
Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu menambahkan, PWM Jatim memiliki program prioritas membangun Pondok Pesantren Muhammadiyah Jawa Timur atau Muallimin Jawa Timur.
“Program ini sudah dicanangkan oleh PWM Jawa Timur periode 2010-2015 dan 2015-2022 tetapi karena belum terealisasi maka itu juga menjadi program prioritas kami,” jelas Dokter Suko.
Ponpes tersebut segera diserahkan kepada PWM Jatim sebagai Pondok Pesantren Abdul Malik Fadjar PWM Jatim.
UMM akan mengembangkan Ponpes Modern Abdul Malik Fadjar untuk pengembangan dakwah Muhammadiyah di Jatim dan dikelola bersama dengan PWM Jatim.
Ketum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir bersyukur karena UMM sebagai bagian dari Muhammadiyah diberi kemudahan untuk menambah ladang amal berupa ponpes modern. "Apalagi lokasi, arsitektur, dan lingkungannya begitu bagus dan membanggakan,” kata Haedar dalam keterangan tertulisnya yang diterima tim redaksi gebrak.id, Senin (13/11/2023).
Menurut Haedar, lembaga pendidikan yang berkemajuan harus diawali dengan membangun tradisi besar. Dengan kata lain, mampu membangun ekosistem budaya alam pikiran dan perilaku sehari-hari yang menggambarkan Muslim yang diberi mandat membangun peradaban. Apalagi, Muhammadiyah juga telah mengukir sejarah panjang selama satu abad.
Haedar berharap ponpes tersebut dan UMM mampu melahirkan sumber daya insani yang tidak hanya punya akhlak dan moral yang baik tetapi juga cerdas. Kemudian berilmu, berkemajuan, dan punya optimisme hidup menjadi pelaku sejarah masa depan.
Adapun lokasi baru milik UMM itu memiliki beberapa bagian. Salah satunya gedung utama empat lantai yang terdiri dari ruang kelas, perkantoran, hingga aula. Ada pula asrama putra dan putri yang masing-masing memiliki tiga lantai dengan 13 kamar. Dilengkapi pula dengan sebuah masjid bergaya joglo dua lantai.
Dua bangunan di ponpes tersebut tergolong unik. Di bangunannya bergaya khas Majapahit. Bagian atapnya berbentuk limas yang ditopang dengan tiang-tiang yang tinggi dan kokoh.
Selain empat bangunan tersebut, di bagian depan, ada lahan terbuka yang cukup luas, biasa dipakai untuk tempat parkir kendaraan.
Lokasi Ponpes Modern Abdul Malik Fadjar juga sangat strategis. Tidak terlalu jauh dari Kampus Universitas UMM.
Rektor UMM Profesor Fauzan menjelaskan, aset baru yang dimiliki UMM ini akan memperkuat misi dakwah Muhammadiyah. Selanjutnya, UMM akan mengelola ponpes tersebut bersama PWM Jatim. “Mudah-mudahan dengan gedung dan lahan yang serbabagus ini, kita mampu melahirkan generasi harapan Muhammadiyah dan harapan bangsa,” jelasnya.
Prof Fauzan menegaskan, aset-aset itu seluas 1,1 hektare dan sudah berbentuk bangunan. Aset tersebut telah diakuisisi oleh Universitas UMM dan secara informal diserahkan kepada PWM Jatim. “Kita berharap, pondok pesantren ini nantinya menjadi manfaat dan berkah bagi banyak orang.”
(ark)
Post a Comment