Survei CPCS: Elektabilitas Gerindra Naik Jadi 16,8 Persen tapi Belum Bisa Kejar PDIP

Bakal capres 2024 Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo (kanan). (foto: rm.id)

JAKARTA -- Survei Center for Political Communication Studies (CPCS) menunjukkan temuan elektabilitas Partai Gerindra mengalami kenaikan hingga mencapai angka 16,8 persen. Angka tersebut terpaut hanya 0,5 persen dari PDI Perjuangan (PDIP) yang menduduki peringkat pertama dengan 17,3 persen berdasarkan hasil survei di periode yang sama.

"Elektabilitas PDIP cenderung stagnan sejak bulan April 2023, dan ditempel ketat oleh Gerindra yang terus mengalami kenaikan," kata peneliti senior CPCS Hatta Binhudi dalam keterangan tertulisnya, Senin (4/9/2023).

Menurut Hatta, stagnannya elektabilitas PDIP merupakan imbas dari rebound Ganjar Pranowo pascadeklarasi capres. "Baik Ganjar maupun PDIP tidak mengalami penguatan secara signifikan setelah lima bulan deklarasi pencapresan," ujar dia.

Hatta menambahkan, naiknya elektabilitas Gerindra mengancam tekad PDIP untuk mencetak hattrick atau menang pemilu tiga periode berturut-turut. Naiknya elektabilitas capres dari Gerindra, Prabowo Subianto, juga diikuti merapatnya partai-partai besar Senayan untuk bergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM), yaitu Partai Golkar dan PAN. Semula Prabowo hanya didukung oleh Partai Gerindra dan PKB yang tergabung dalam koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR).

Sedangkan Ganjar hanya didukung oleh PDIP dan PPP, dan sisanya partai-partai non-parlemen. PPP yang sebelumnya bersama Golkar dan PAN tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) memilih mendukung Ganjar.

Dinamika terjadi di tubuh Koalisi Perubahan yang mengusung pencapresan Anies Baswedan. Demokrat memutuskan untuk mundur setelah Anies memilih Muhaimin Iskandar sebagai pasangan cawapresnya, alih-alih ketua umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Dengan masuknya Cak Imin ke kubu pengusung Anies, otomatis PKB keluar dari KIM dan merapat ke Nasdem. Deklarasi Anies-Cak Imin di Surabaya yang hanya diikuti petinggi PKB dan Nasdem memunculkan dugaan PKS bakal mengikuti jejak Demokrat keluar dari koalisi Anies. "Untuk sementara peta pencapresan dan koalisi partai menunjukkan potensi terbentuknya tiga pasangan capres-cawapres," kata Hatta.

Meski demikian, dinamika politik lainnya masih mungkin terjadi hingga jadwal pendaftaran bakal capres dan calon wakil presiden (cawapres) ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI pada 19 Oktober hingga 25 November 2023.

Sebut saja, manuver Sandiaga Uno yang berniat mengajak Demokrat dan PKS membentuk koalisi jika PPP tidak mendapat jatah cawapres Ganjar. Sebelumnya, juga sempat muncul wacana dari PDIP untuk menggabungkan Ganjar dan Anies dalam satu paket capres-cawapres.

Survei CPCS dilakukan pada 21-27 Agustus 2023, dengan jumlah responden 1.200 orang mewakili 34 provinsi yang diwawancarai secara tatap muka. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Daftar elektabilitas partai politik versi survei CPCS:

1.  PDI Perjuangan 17,3 persen
2.  Gerindra 16,8 persen
3.  Golkar 8,6 persen
4.  PKB 7,0 persen
5.  Demokrat 6,3 persen
6.  PSI 6,0 persen
7.  PKS 4,2 persen
8.  PAN 2,7 persen
9.  PPP 2,4 persen
10. Nasdem 2,3 persen
11. Perindo 1,8 persen
12. Gelora 1,1 persen
13. PBB 0,7 persen
14. Ummat 0,6 persen
15. Hanura 0,2 persen
16. PKN 0,1 persen
17. Garuda 0,0 persen
18. Buruh 0,0 persen
19. Tidak tahu/Tidak jawab 21,9 persen.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.