SMRC: Pendukung Prabowo Nilai Demokrasi bukan Faktor Penting, Pendukung Ganjar Sebaliknya

Capres 2024, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo (kanan). (foto: rm.id)

JAKARTA -- Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menemukan adanya kaitan antara komitmen pemilih terhadap demokrasi dengan pilihannya terhadap tiga bakal calon presiden (capres) 2024 yang beredar saat ini, yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Rasyid Baswedan. Salah satu studi SMRC menunjukkan adanya keterkaitan antara pemilih yang tak komitmen terhadap nilai demokrasi, cenderung memilih Prabowo.

Berdasarkan studi SMRC, sebanyak 48 persen pemilih Prabowo adalah orang yang tak memiliki komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi. Sebaliknya, hanya 29 persen pemilih yang memiliki komitmen terhadap nilai demokrasi yang memilih Menteri Pertahanan RI itu.

"Di sini kita melihat bahwa orang yang mendukung Prabowo mungkin tidak melihat bahwa nilai-nilai demokrasi itu penting atau setidaknya mereka menganggap nilai-nilai demokrasi itu bukan sesuatu yang lebih penting dari faktor yang lain," ujar pendiri SMRC, Saiful Mujani, dalam diskusi daring yang mengangkat tema "Nilai-nilai Demokrasi dan Pilihan Capres", Kamis (20/7/2023).

Saiful membagi nilai demokrasi ke tiga variabel, yakni kebebasan berpendapat, kebebasan berkumpul, dan kebebasan rakyat untuk mengkritik pemerintah. Sebesar 90,2 persen menyatakan bahwa kebebasan berpendapat itu penting.

Lalu, 83,9 persen publik menilai bahwa kebebasan berkumpul atau berserikat itu penting. Terakhir, 84,3 persen masyarakat menyatakan bahwa kebebasan untuk mengkritik pemerintah adalah poin penting dalam demokrasi.

Namun, Prabowo adalah mantan komandan jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) pada Orde Baru. Waktu ketika pemerintahan dinilai publik anti-terhadap kebebasan berpendapat.

"Jadi Prabowo mungkin dipilih dengan dasar bahwa nilai-nilai demokrasi itu bukan sesuatu yang sangat penting dalam menentukan pilihan mereka. Sebaliknya, mereka yang tidak menilai penting demokrasi kemungkinan tidak memilih Ganjar," ujar Saiful.

Publik tentu tak bisa melepas latar belakang Prabowo yang berasal dari Orde Baru yang dikenal dengan otoritarianismenya. Karena itu, lanjut Saiful, orang atau pemilih yang memiliki komitmen pada nilai-nilai demokrasi cenderung akan menggerus suara Prabowo.

"Sebaliknya, bila komitmen pada nilai-nilai demokrasi semakin rendah, misalnya dari yang sebelumnya menyatakan cukup penting menjadi tidak penting, itu akan memperkuat dukungan pemilih pada Prabowo," ujar Saiful menjelaskan.

 

(dpy)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.