Lagi, Pembakaran Alquran Terjadi di Eropa, Negara-Negara Muslim Meradang

Aksi no to Islamophobia/ilustrasi. (foto: pixabay)

JAKARTA -- Pada Jumat, 21 Juli 2023, anggota kelompok Islamophobia dan sayap kanan yang disebut "Danske Patrioter (Patriot Denmark)" membakar salinan Alquran di depan Kedutaan Besar Irak di Kopenhagen, Denmark. Tak hanya membakar Alquran, kelompok itu juga membawa spanduk dengan slogan-slogan yang menghina Islam.

Setelah itu, bendera Irak dan salinan Alquran dirusak di bawah perlindungan polisi. Aksi itu terlihat dalam video yang dibagikan dan tersebar luas di media sosial. Penodaan Alquran itu sudah terjadi tiga kali dalam sebulan sehingga menimbulkan ketegangan diplomatik negara-negara Muslim dengan Denmark dan Swedia.

Dilansir dari laman TRT World pada Minggu (23/7/2023) Yordania, Oman, Iran, dan Arab Saudi telah memperingatkan terhadap penodaan Alquran yang sering terjadi di Eropa, terutama di Denmark dan Swedia. Negara-negara itu menuntut Pemerintah Kopenhagen mengambil tindakan untuk mencegah penghinaan terhadap kitab suci umat Islam.

Yordania pada Sabtu (22/7/2023) mengecam keras penodaan Alquran di ibu kota Denmark oleh kelompok ekstremis. Kemudian menyebutnya manifestasi Islamofobia.

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Yordania mengutuk keras tindakan tidak bertanggung jawab yang menghasut gerakan di kalangan umat Islam, mempromosikan kebencian, dan membahayakan hidup berdampingan secara damai.

Oman juga mengutuk pembakaran Alquran di ibu kota Denmark oleh kelompok ekstremis dengan menyatakan bahwa tindakan tersebut memicu kekerasan dan kebencian. Dalam sebuah pernyataan, Oman mendesak masyarakat internasional untuk menganggap tindakan yang menghina agama dan kepercayaan serta menghasut permusuhan dan kebencian, sebagai kejahatan.

Secara terpisah, Arab Saudi mengutuk pembakaran salinan Alquran di Denmark dan menuntut Pemerintah Denmark mengambil tindakan untuk mencegah penghinaan terhadap kitab suci umat Islam. Menurut Kementerian Luar Negeri, Arab Saudi mengutuk keras setiap tindakan yang memicu kekerasan dan kebencian antaragama. Selain itu Arab Saudi memperingatkan agar tidak mengulangi pelanggaran semacam itu yang menghasut sentimen Muslim.

Sementara, Kementerian Luar Negeri Iran memanggil Duta Besar Denmark untuk negara tersebut, Jesper Vahr, Sabtu (22/7/2023). Pertemuan dilakukan untuk memprotes aksi penghinaan terhadap kitab suci umat Islam, Alquran, yang terjadi di negara Skandinavia itu.

Selama pertemuannya dengan Vahr, Direktur Jenderal Eropa Barat Kementerian Luar Negeri Iran Majid Nili Ahmadabadi menyebut pihaknya mengutuk setiap "penghinaan" terhadap kesucian Islam. Pembakaran Alquran di Eropa juga dinilai sebagai ancaman terbesar terhadap kebebasan berpikir dan berbicara.

Tidak hanya itu, Iran juga mengkritik respons Pemerintah Eropa yang dinilai lamban terhadap tindakan ini. Negara-negara yang tetap bertahan pada posisi diamnya dalam menghadapi kejahatan keji semacam itu, disebut akan mengarah pada kekerasan dan promosi terorisme.

Dilansir Nord News, Minggu (23/7/2023), Diplomat Iran ini lantas menyebut, baik pelaku maupun pemerintah yang menyetujui tindakan tersebut melalui kelambanan aksi harus dimintai pertanggungjawaban.

Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) juga memberi respons dengan mengutuk keras penodaan kitab suci Muslim tersebut.

"Kami mengutuk dengan sekeras-kerasnya penodaan publik terhadap #Alquran di Denmark kemarin. Pembelaan yang berkelanjutan dan kelambanan sikap terhadap tindakan Islamofobia ini, atas nama kebebasan berekspresi, jelas mendorong impunitas," demikian pernyataan Kantor OKI di Jenewa, Swiss, seperti dilansir akun Twitter OKI, dikutip TRT World, Minggu (23/7/2023).

OKI pun menyebut bagi negara dan pihak manapun yang gagal mengatasi hal ini, akan kehilangan kredibilitas dengan cepat.


(dpy)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.