Telan Biaya Hampir Rp 350 Miliar, Muhammadiyah Bangun Rumah Sakit Megah dan Terbesar di Kudus
Rumah Sakit (RS) Sarkies 'Aisyiyah Muhammadiyah, Kudus, Jawa Tengah. (foto: istimewa) |
KUDUS -- Sekretaris Umum (Sekum) PP Muhammadiyah Prof Abdul Mu’ti bersama Bupati Kudus Hartopo dan Ketua Umum (Ketum) PP 'Aisyiyah Prof Salmah Orbaniyah serta Ketua PW Muhammadiyah Jawa Tengah (Jateng) Dr Tafsir, meresmikan grand opening Rumah Sakit (RS) Sarkies 'Aisyiyah Muhammadiyah, Kudus, Jateng, Senin (5/6/2023). Prof Abdul Mu'ti menyatakan, ini RS milik ‘Aisyiyah terbesar di Jateng bahkan di Indonesia.
"Kelahirannya sekaligus bukti dari empat kekuatan yang dimiliki oleh Muhammadiyah-‘Aisyiyah," ujar Prof Abdul Mu'ti dalam sambutannya seperti dikutip dari muhammadiyah.or.id, Senin (5/6/2023).
Kekuatan yang pertama, kata Prof Mu'ti adalah kekuatan ibu-ibu, selain ‘Aisyiyah sebagai representasi dari ibu-ibu dalam konteks Muhammadiyah, tapi juga yang perlu diketahui adalah kekuatan ibu yang tercermin dalam diri Nyai Sarkies, seorang ibu yang berhasil mendidik anaknya sehingga anaknya, Syaifullah, mewakafkan hartanya untuk pembangunan RS Sarkies ‘Aisyiyah Kudus.
Kekuatan kedua adalah kesabaran. Sebab, lanjut Prof Mu'ti, proses pembangunan rumah sakit ini melalui proses perjuangan yang panjang. Lebih-lebih soal legalitas dan perizinan dari kementerian. Para pejuang RS Sarkies ‘Aisyiyah Kudus ini mewakafkan waktu, harta, dan dirinya untuk membangun rumah sakit milik ‘Aisyiyah terbesar di Jateng.
“Karena ternyata RS Siti Khodijah tipe B di Surabaya itu milik Muhammadiyah. Maka tidak berlebihan jika kita menyebut RS Sarkies Kudus adalah rumah sakit ‘Aisyiyah terbesar bukan hanya di Jawa Tengah tapi di Indonesia,” jelas Prof Mu'ti.
Sekretaris Umum (Sekum) PP Muhammadiyah Prof Abdul Mu’ti di sela-sela peresmian RS Sarkies ‘Aisyiyah Kudus. (foto: istimewa) |
Kekuatan ketiga, sambung Prof Mu'to, adalah kekuatan jaringan dan kerja sama, dengan prinsip ta’awun. Tidak bisa dimungkiri, lahirnya rumah sakit ini adalah buah dari the power of kolaboratif dan the power of networking. "Keempat atau yang terakhir adalah kekuatan sumber daya yang berkualitas. Persyarikatan Muhammadiyah memiliki sumber daya yang bukan main-main, dibuktikan dengan lahirnya Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di berbagai bidang termasuk kesehatan."
Secara khusus, Prof Mu’ti mendorong supaya RS Sarkies menjadi medical tourism. Dalam pandangannya, ke depan turis datang ke suatu daerah bukan hanya untuk urusan wisata religi, alam maupun kuliner, tetapi juga wisata kesehatan. Hadirnya RS Sarkies bisa dijejaringkan dengan potensi wisata lain di Kabupaten Kudus.
Perlu diketahui, selain tempat perawatan atau pengobatan terstandar, RS Sarkies ‘Aisyiyah Kudus sebagai rumah sakit milik ‘Aisyiyah terbesar di Indonesia ini juga dilengkapi dengan food court, convention hall, hydrotherapy, fitness center, ruang gymnastium, taman rooftop, dan musala yang saat ini masih ada beberapa dalam tahap pengembangan.
Sementara untuk pelayanan ada poliklinik, poli executive, farmasi, laboratorium, rehab medis, instalasi bedah sentral mayor dan minor, ICU, PICU, NICU, ruang rawat inap dan isolasi dari kelas 1 sampai dengan VIP, radiologi dan seterusnya.
Bupati Kudus Hartopo menyampaikan terima kasih kepada Muhammadiyah atas peran pelayanan bidang kesehatan, selain itu tampilan fisik yang indah juga bisa menjadi ikon bagi Kabupaten Kudus. Gedung RS Sarkies ‘Aisyiyah Kudus yang menempati lahan wakaf 4.120 m² itu menjadi satu-satunya gandung setinggi 9 lantai di Kabupaten Kudus.
“Rumah sakit ini tidak sebagaimana gedung di Kudus, karena memiliki 9 lantai. Kami akan senantiasa bekerja sama dengan swasta khususnya Muhammadiyah. Ini fasilitas luar biasa, baru pertama kali. Mudah-mudahan rumah sakit umum bisa segera meniru ini,” katan Hartopo.
Sementara itu, Ketua Umum PP ‘Aisyiyah Salmah Orbayinah sebelum melakukan prosesi peresmian mengapresiasi semua pihak yang ikut andil dalam kehadiran RS Sarkies ‘Aisyiyah Kudus. Kehadiran Amal Usaha Muhammadiyah-‘Aisyiyah bagian dari melanjutkan amanah para pendiri, KH Ahmad Dahlan dan Siti Walidah.
Dengan biaya total hampir Rp 350 miliar (di antaranya biaya tahap pembangunan Rp 120 miliar) serta tampilan fisik yang modern, RS Sarkies ‘Aisyiyah Kudus relatif singkat selama proses pembangunan. Dimulai dengan tanah wakaf yang diberikan pada 2020, peletakan batu pertama pembangunan 2021 dan pada 5 Juni 2023 sudah dilakukan grand opening.
“Kehadirannya ini untuk berkontribusi bidang kesehatan, khususnya di Kudus dan Indonesia. Semoga ‘Aisyiyah semakin berkontribusi nyata,” ujar Salmah.
Ke depan, Salmah berharap RS PKU Sarkies ‘Aisyiyah Kudus berkembang dengan kenaikan tipe dari C ke yang lebih baik. Semangat melintas batas yang dimiliki pelayanan kesehatan, imbuhnya, merupakan warisan semangat yang diberikan oleh Kiai Sudja’ sebagai tokoh awal gerakan Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO).
Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah-‘Aisyiyah berdasarkan pada nilai Al Islam dan Kemuhammadiyah untuk kemanusiaan, yang pro terhadap kaum dhuafa’ dan Mustadh’afin. Oleh karena itu, Salmah berpesan untuk mengingat akar berdirinya, senantiasa memperbaiki tata kelola, serta meningkatkan kualitas dan kuantitas amal usaha. “Ini bukti bahwa ‘Aisyiyah isinya bukan cuma rapat-rapat dan pengajian-pengajian saja, tetapi ‘Aisyiyah juga hadir dalam amal nyata,” tegasnya.
(dkd)
Post a Comment