Membaca Prospek Kemenangan Tiga Capres Populer Lewat Webinar Moya Institute

Webinar nasional Moya Institute.

JAKARTA -- Saat ini, dunia sedang melalui dan berada pada periode "twilight zone", yang ditandai dengan serangan pandemi Covid-19, perang proxy di palagan Eropa, yang melibatkan negara-negara berkemampuan senjata pemusnah massal (nuklir, biologi, dan kimia), serta meningkatnya ketegangan di kawasan Indo-Pasifik.

Dengan kemampuan "blue water navy" dan pembangunan pangkalan militer oleh China di kawasan dipersengketakan di Laut China Selatan (LCS); pecahnya konflik terbuka di lingkungan strategis tersebut tidak lagi bersifat kemungkinan, tetapi hanya menunggu waktu kapan bencana tersebut terjadi. Dideklarasikannya pendirian pakta militer AUKUS (Australia, Inggris, dan AS), dipastikan adalah untuk mengantisipasi skenario tersebut.

Insiden intersepsi pesawat intai Amerika Serikat (AS) oleh pesawat tempur PLA-China baru-baru ini menjadi salah-satu indikasi kuat lain, termasuk latihan perang gabungan PLA-China di kawasan Selat Taiwan, dengan menggunakan "live ammunitions'. Taiwan menyatakan bahwa latihan perang yang digelar China tersebut telah melanggar wilayah udaranya.

Tidak dapat dibayangkan apa yang akan terjadi jika perang terbuka front kedua pecah di kawasan strategis Indonesia. Jalur logistik nasional dan dunia praktis akan terhenti, mengingat LCS merupakan jalur lintas perdagangan dunia bernilai 5,3 triliun dolar AS per tahun.

Di front dalam negeri, pada saat Indonesia mulai bangkit dari serangan pandemi Covid-19, siklus demokrasi lima tahunan segera akan berlangsung serentak pada bulan Februari 2024 yang akan datang (Pilpres 2024), disusul pula oleh Pilkada serentak pada tahun yang sama (November). Kedua agenda demokrasi tersebut merupakan tugas konstitusi untuk mengawal Indonesia menuju Indonesia Emas 2045 (demokratis, maju, dan sejahtera).

Untuk itu, seluruh elemen bangsa dituntut tetap menjaga persatuan dan kesatuan, terlepas dari siapa yang akan muncul menjadi pemimpin nasional dan lokal, sebagai hasil dari kontestasi politik 2024 yang akan datang.

Melalui pengamatan, patut diapresiasi bahwa tahun politik kali ini relatif lebih kondusif, di mana pertentangan seperti yang terjadi di pemilu-pemilu yang lalu tidak termanifestasikan.

Sejauh ini terdapat tiga "leading candidates" dalam kontestasi untuk menjadi Presiden RI selanjutnya, yaitu: Ganjar Pranowo (PDIP, PPP, PSI); Prabowo Subianto (Partai Gerindra); dan Anies Baswedan (Partai Nasdem, Partai Demokrat, PKS). Ketiga calon presiden tersebut memiliki peluang untuk terpilih.

Namun, yang perlu dipertanyakan adalah siapa di antara mereka yang benar-benar dilahirkan, siap, serta berkemampuan memupuk rasa nasionalisme bangsa dan menghimpun segenap elemen dan kekuatan bangsa? Sehingga mampu menggiring Indonesia keluar sebagai pemenang dari masa "twilight zone" saat ini, mengokohkan upaya dan langkah kita bersama menuju Indonesia Emas 2045 mendatang.

Untuk itu, Moya Institute, sebuah lembaga kajian isu-isu strategis dan global nirlaba serta non-partisan, akan menggelar webinar nasional bertajuk “Membaca Prospek Kemenangan Tiga Capres Populer” untuk mengetahui peluang serta tantangan yang dihadapi ketiga tokoh tersebut pada Pilpres 2024 yang akan datang.

Webinar Nasional akan digelar pada Jumat, 23 Juni 2023, pukul 16.00-18.00 WIB.

Narasumber: 

1. Prof. Dr. Aidul Fitriciada Azhari, S.H., M.Hum (Mantan Ketua Komisi Yudisial/Guru Besar Universitas Muhammadiyah Surakarta)

2. Fahri Hamzah (Politikus Reformasi)

3. Sirojudin Abas, Ph.D  (Direktur Eksekutif SMRC)

Penanggap: 

Prof Dubes Imron Cotan  (Pemerhati Isu-isu Strategis dan Global)

Pemantik Diskusi:

Hery Sucipto (Direktur Eksekutif Moya Institute)

Moderator: 

Hamdan Alkafie (Presenter Metro TV)

Link Zoom: https://s.id/1MzNz
Link Youtube: https://s.id/1MzNR atau melalui channel Youtube Moya Institute.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.