Dibangun tanpa Utang, Hotel Muhammadiyah di Yogyakarta Jadi Kado Milad Ke-114

Hotel Muhammadiyah pertama di Indonesia, yakni SM Tower and Convention, yang dikelola Suara Muhammadiyah diresmikan oleh Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir (kiri), dalam acara soft launching yang digelar Sabtu (24/6/2023) di Yogyakarta. (foto: istimewa)

YOGYAKARTA -- Hotel Muhammadiyah pertama di Indonesia, yakni SM Tower and Convention, yang dikelola Suara Muhammadiyah diresmikan oleh Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, dalam acara soft launching yang digelar Sabtu (24/6/2023). Hotel yang berlokasi di Kota Yogyakarta tersebut menjadi kado milad Muhammadiyah ke-114 sekaligus kenang-kenangan pada peringatan hari lahir ke-108 Suara Muhammadiyah.

"Kita harus terus membangun, tapi membangun yang sistemnya baik. Jangan mengandalkan utang besar-besaran, jangan mengutamakan investasi besar-besaran, tapi kekuatan di dalam tidak kuat,” kata Haedar dalam soft launching di SM Tower and Convention, Kota Yogyakarta, Sabtu (24/6/2023).

Hal itu yang menurut Haedar menjadikan SM Tower and Convention hadir secara mandiri tanpa mengajukan pinjaman sepeser pun ke bank. Itu dilakukan bukan sebagai bentuk antikolaborasi atau kerja sama, melainkan sebagai pesan untuk bangsa.

“Bahwa investasi kekuatan dari luar itu ok, tapi harus di atas kepentingan bangsa dan negara dan harus terus meningkatkan, mengoptimalkan kemampuan kemandirian bangsa. Dari jadi konsep Berdikarinya Bung Karno, itu harus kita wujudkan dalam praktiknya,” tegas Haedar.

Setelah meresmikan pembukaan SM Tower and Convention, Haedar berharap dan mendorong supaya Muhammadiyah menjadi korporasi besar yang memberi hajat dan maslahat hidup publik.

Peresmian hotel tersebut juga menandai sudah mulai beroperasinya SM Tower and Convention secara resmi. Soft launching itu juga menandakan Suara Muhammadiyah resmi membentangkan layar untuk mengarungi dunia bisnis di sektor perhotelan dan pariwisata.

Direktur Utama Suara Muhammadiyah, Deni Asy’ari mengatakan, banyak tantangan yang dihadapi dalam pembangunan SM Tower and Convention. Namun demikian, hotel tersebut dapat terbangun dalam waktu 1,3 tahun dengan tinggi delapan lantai. Adapun pembiayaan seluruhnya berasal dari dana mandiri yang dikeluarkan Suara Muhammadiyah.  

“Ini bukti kemandirian persyarikatan (Muhammadiyah) karena proses perizinan, dan pembangunan, manajemen hotel, kami kelola mandiri,” kata Deni dalam soft launching di SM Tower and Convention, Kota Yogyakarta, Sabtu (24/6/2023). “Impian ini bisa terwujud berkat kerja keras, kolaborasi, dan ketulusan bersama.”

Deni menambahkan, spirit pembangunan SM Tower and Convention yakni semangat ideologis, bukan semangat pragmatisme bisnis. Pasalnya, pendirian hotel ini dalam rangka membangun kekuatan umat dan jamaah.

Orientasi dari kehadiran SM Tower and Convention, lanjut Deni, sebagai inovasi terbarukan untuk membangun ekosistem sebagai koridor dakwah nyata Muhammadiyah yang bergerak di bidang ekonomi. “Nantinya kita bisa membangun sebuah ekosistem baru di dalam ekonomi, di mana peredaran dan perputaran uang ada di umat. Itulah semangat ideologisnya,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Deni menyebutkan bahwa SM Tower and Convention ingin memiliki diferensiasi dari hotel-hotel yang sudah ada dengan brand Living Muslim Hotel. Maksud dari Living Muslim bukan hanya orang Islam yang bisa menginap di hotel ini, melainkan lebih kepada core values (nilai-nilai) kehidupan Muslim yang dijalankan di SM Tower.

“Prinsipnya, Living Muslim bukan eksklusif untuk orang Islam, tetapi SM Tower memberikan core values (nilai). Ketika orang menginap di sini bukan sekadar tidur, tetapi mendapat inspirasi, mendapat nilai-nilai baru, dan semangat baru,” jelas Deni. 


(dpy)


Baca juga artikel terkait ini:

- Muhammadiyah Miliki Hotel Pertama di Indonesia Berlokasi di Yogyakarta

- Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir Terharu Organisasinya Miliki Hotel Pertama

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.