Hasil Survei SMRC: Pemilih Anies dan Ganjar Berlatar Pendidikan Tinggi, Pemilih Prabowo Sebaliknya

Ganjar Pranowo (kiri), Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto (kanan) diprediksi bersaing ketat di Pilpres 2024. (foto: afp, pemprov jateng, pemprov dki jakarta)

JAKARTA -- Perbedaan latar belakang pendidikan pemilih berpengaruh signifikan dalam pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg). Ini seperti hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang memaparkan hasil survei soal pemilih Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo yang cenderung dari latar pendidikan tinggi, sedangkan pemilih Prabowo Subianto sebaliknya.

Pendiri SMRC yang juga pakar politik, Saiful Mujani menjelaskan pengaruh tingkat pendidikan terhadap perilaku memilih biasanya di bingkai dalam konteks kelas sosial. Kelas sosial dipercaya berpengaruh terhadap pilihan politik. Ketika membahas kelas sosial dan perilaku memilih, indikator yang dipakai antara lain adalah tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan pendapatan.

Saiful menunjukkan bahwa dalam survei SMRC dua tahun terakhir (2021-2022), dengan total sample 8.319 responden, secara umum perbedaan pendidikan berpengaruh signifikan dalam perilaku memilih. Jika tingkat pendidikan dibagi antara SD, SMA, dan tidak bersekolah, dengan SMA ke atas, proporsinya hampir seimbang. Yang berpendidikan SMP ke bawah sekitar 53,2 persen, sementara yang SMA ke atas sekitar 46,8 persen.

"Studi ini menunjukkan bahwa yang memilih Anies Baswedan cenderung berasal dari kalangan menengah ke atas berpendidikan tinggi. Sama dengan Anies, proporsi pemilih Ganjar lebih besar pada yang berpendidikan tinggi dibanding yang rendah," kata Saiful Mujani dalam program Bedah Politik yang bertajuk ”Kelas Sosial, Pilpers, dan Pileg 2024," Kamis (27/10/2022).

Saiful mengatakan, ada 20 persen dari yang berpendidikan SMP ke bawah yang memilih Anies, sementara yang SMA ke atas 27 persen. Hal yang sama ad pada Ganjar. Dari yang berpendidikan SMA ke atas, Ganjar dipilih sekitar 31 persen, sementara yang berpendidikan SMP ke bawah sebesar 26 persen.

Saiful menambahkan, Anies dan Ganjar sejatinya relatif baru muncul dalam politik Indonesia. Keduanya adalah gubernur. Karena itu, menurut Saiful, pada dasarnya keduanya adalah tokoh lokal. Tapi menjelang pemilihan umum, Anies dan Ganjar masuk menjadi tokoh nasional, setidaknya dalam pemberitaan.

"Hal ini berkebalikan dengan profil pendukung Prabowo Subianto. Ada 36 persen yang berpendidikan SMP ke bawah yang memilih Prabowo, sementara yang berpendidikan SMA ke atas sebesar 28 persen," jelas Saiful.

Sehingga, menurut Saiful, dari hasil survei tersebut, proporsi pemilih Prabowo yang berpendidikan lebih rendah, lebih besar dari yang berpendidikan lebih tinggi. Ia menyatakan ini bisa dipahami mengapa proporsi pemilih yang berpendidikan menengah ke bawah lebih banyak yang memilih Prabowo. "Itu karena Prabowo sudah sangat lama dikenal dalam kontestasi pemilihan presiden, sudah dua kali menjadi calon presiden," katanya.

Karena itu, lanjut Saiful, wajar banyak kalangan masyarakat di bawah sudah mengenal Prabowo. "Sementara Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo belum cukup dikenal pada masyarakat bawah,” jelas Guru Besar Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta tersebut.

Secara keseluruhan, ini menunjukkan perbedaan kelompok pendidikan memiliki pengaruh signifikan dalam pilihan calon-calon presiden. “Unsur perbedaan pendidikan tidak bisa diabaikan,” ucap Saiful.

Saiful melanjutkan bahwa data ini memiliki implikasi pada sosialisasi. Biasanya orang yang berpendidikan lebih tinggi sulit diyakinkan. Orang pendidikan lebih kritis, bisa berdebat, dan tidak mudah dimobilisasi untuk memilih seorang calon. Sebaliknya, orang yang kurang berpendidikan biasanya menjadi target mobilisasi.

Dalam konteks ini, kata Saiful, secara praktis, Prabowo lebih rentan karena pemilih cenderung lebih mudah dimobilisasi. Karena faktanya, orang yang kurang berpendidikan lebih mudah dipengaruhi oleh yang berpendidikan lebih baik.

 

(dpy)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.