Faisal Basri: Anggaran Subsidi BBM tak Efektif, Sebaiknya Dialihkan ke Pendidikan dan Kesehatan

Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Faisal Basri (foto: fajar.co.id)

JAKARTA -- Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri menilai subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang sangat besar telah merugikan orang miskin. Menurut Faisal, pemerintah semestinya mengapus subsidi itu dan mengalihkan ke subsidi pendidikan dan kesehatan.

"Besarnya anggaran yang dibutuhkan untuk subsidi BBM mengurangi kemampuan pemerintah untuk membiayai pengeluaran yang lebih dibutuhkan oleh orang miskin, misalnya subsidi pendidikan dan kesehatan," kata Faisal dalam keterangannya kepada media massa, Senin (29/8/2022).

Faisal memaparkan salah satu tujuan dari kebijakan subsidi adalah redistribusi agar distribusi pendapatan menjadi lebih merata. Ia mengatakan, dengan menetapkan harga lebih murah barang yang disubsidi menjadi dapat dijangkau oleh masyarakat yang miskin sekalipun.

"Subsidi BBM tampak tidak sejalan dengan tujuan tersebut karena ternyata orang miskin sedikit menggunakan BBM dari pada orang kaya. Sementara itu, subsidi BBM membutuhkan anggaran sangat besar," jelas pria berusia 62 tahun ini.

Faisal melanjutkan, meskipun pada dasarnya tujuan kebijakan subsidi BBM untuk mengurangi beban dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat tetapi kebijakan tersebut tampaknya bukan kebijakan yang paling efektif untuk memenuhi tujuan tersebut. "Subsidi energi, termasuk bahan bakar minyak, menimbulkan biaya ekonomi, fiskal, sosial, dan lingkungan yang signifikan dan bertentangan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat."

Faisal mengatakan, pengeluaran untuk subsidi BBM menjadi beban berat anggaran negara. Ia melanjutkan, penggunaan anggaran subsidi energi mengurangi kemampuan negara untuk membiayai kebutuhan lain. "Termasuk pengeluaran subsidi pendidikan, kesehatan, dan subsidi bantuan yang langsung menyasar masyarakat miskin," tegas dia.


(dkd)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.