Pemerintah Masih Berhitung Soal Kenaikan Harga Pertalite

Bahan bakar pertalite/ilustrasi (foto: radarbogor.id)

JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, hingga saat ini pemerintah masih melakukan evaluasi dan perhitungan terkait harga jual BBM jenis pertalite. Namun, kenaikan harga jual pertalite ini memang menjadi opsi yang dipilih pemerintah dalam merespons kenaikan harga minyak dunia.

"Kami masih mencari skema yang pas dan baik," kata Arifin di Komisi VII DPR RI, Rabu (24/8/2022).

Arifin menjelaskan salah satu perhitungannya adalah mempertimbangkan inflasi. Ia mengatakan, kontribusi sektor energi adalah sebesar 1,6 persen pada inflasi. "Kami hitung, sebab saat ini inflasi 4,9 persen kontribusi energi dalam inflasi ini 1,6 persen karena sektor transportasi yang pergerakannya cukup pesat,” kata dia.

Arifin juga menjelaskan opsi kenaikan harga BBM menjadi perhitungan pemerintah karena diakuinya pendapatan APBN dari sisi hulu migas yang mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga minyak tak mampu menambal beban APBN di hilir.

"Kelihatannya subsidi juga akan terjadi gap pelebaran yang cukup besar karena tren dari komoditas ini justru mengalami pelemahan,” kata Arifin

Arifin menambahkan, memasuki musim dingin permintaan minyak dunia semakin meningkat dan juga situasi geopolitik. Hal ini akan menjadi salah satu alasan harga minyak dunia diprediksi masih akan tetap tinggi hingga akhir tahun.

Menurut Arifin, tingginya harga minyak mentah dunia mendorong meningkatnya gap harga keekonomian dan harga jual pertalite dan solar serta berdampak pada kenaikan subsidi dan kompensasi energi.

Hingga saat ini, lanjut Arifin, APBN menanggung subsidi dan kompensasi energi mencapai Rp 502 triliun. "Tanpa ada penyesuaian kebijakan, angka ini bisa meningkat hingga lebih dari Rp 550 triliun pada akhir tahun."

 

(als)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.