Dibintangi Nicholas Saputra, Film Soal Kerusuhan Mako Brimob 'Sayap-Sayap Patah' Dapat Rating Buruk

Aktor Indonesia, Nicholas Saputra. (foto: insertlive.com)

JAKARTA -- Sederet aktor dan aktris terkenal seperti Nicholas Saputra, Ariel Tatum, Ariyo Wahab, Aden Bajaj, hingga Iwa K membintangi film Sayap-Sayap Patah. Namun itu tak menjamin film tersebut menjadi box office. Bahkan rating film ini jeblok dan dikritik sejumlah penonton.

Menurut laman yang menyediakan informasi mengenai film dari seluruh dunia yaitu Internet Movie Database (IMDb), film ini mendapat berbagai kritikan dari netizen yang telah menontonnya. Film yang sudah diulas 128 penilai dan satu kritikus itu mendapatkan rating 5,2/10 hingga Kamis (25/8/2022) malam.

"Para aktornya baik, aktingnya juga bagus, tetapi filmnya terasa membosankan dan cerita filmnya mudah ditebak," tulis penilai hamzahanaz-64757 dalam bahasa Inggris di IMDb.

Sementara, herry-69694 menilai film ini plagiat film negara lain. "Nicholas adalah seorang aktor yang hebat tetapi produksi film Denny Siregar yang buruk. Membuang-buang waktu untuk melihatnya. Ini adalah film plagiat dari film India Broken Wing," tulisnya dalam bahasa Inggris di situs yang sama.

Rating film ini menurun karena sebelumnya masih sempat ada di 5,5/10 dari 99 penilai.

Film Sayap-Sayap Patah yang tayang sejak 18 Agustus 2022, dibintangi oleh aktor ternama Indonesia Nicholas Saputra dan Ariel Tatum. Nicholas melejit saat berperan di film Ada Apa dengan Cinta.

Sutradara Film Sayap-Sayap Patah juga tak main-main, yaitu Rudi Soedjarwo. Rudi juga menjadi sutradara film box office Ada Apa dengan Cinta. 

Ariel Tatum dan Nicholas Saputra dalam film Sayap Sayap Patah. (foto: instagram/rudisoedjarwo)


Film itu diproduksi oleh Maxima Pictures serta Denny Siregar Productions.Film Sayap-Sayap Patah berasal dari kisah nyata, yakni aksi kerusuhan di Markas Komando Brigadir Mobil (Mako Brimob) Polri pada 2018 lalu yang menewaskan lima orang anggota polisi.

Pada malam 8 Mei 2018, Mako Brimob di serbu oleh narapidana terorisme. Berawal dari adu mulut yang terjadi antara para tahanan dan para petugas, kerusuhan pun pecah.

Kerusuhan yang terjadi di rutan tersebut diduga karena adanya kiriman makanan dari keluarga. Hal tersebut kemudian mengharuskan para petugas untuk memeriksa makanan tersebut, namun narapidana tidak menerima penggeledahan tersebut dan terjadilah keributan.

Tidak hanya itu, para tahanan teroris juga ingin bertemu dengan terdakwa kasus bom Thamrin, yaitu Aman Abdurrahman. Dalam peristiwa tersebut 155 narapidana kasus terorisme menyandera anggota polisi selama kurang lebih 39 jam. Kemudian para polisi yang disandera dibebaskan meskipun mengalami luka di sekujur tubuhnya. Namun akibat dari peristiwa tersebut, sebanyak lima orang polisi dan seorang tahanan tewas.

 

 (dvr)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.