Isu Harga BBM Pertalite Jadi Rp 10 Ribu, Ekonom: Kenaikan Harga BBM Picu Jumlah Orang Miskin Baru

Kenaikan harga BBM/ilustrasi. (foto: net).

JAKARTA -- Beberapa hari terakhir, beredar kabar pemerintah bakal segera menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pertalite. Tak lama setelah itu, ramai pula beredar isu bahwa kenaikan BBM jenis pertalite bakal naik Rp 2.350. Dengan demikian, harga pertalite per liternya menjadi Rp 10 ribu.

Informasi tersebut menyebar di berbagai media sosial Instagram hingga Twitter. Lantas, benarkah harga pertalite akan naik menjadi Rp 10 ribu per liter?

Terkait ramainya kabar akan adanya kenaikan harga pertalite, Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting menyampaikan, Pertamina saat ini masih menunggu arahan dari pemerintah.  

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai dampak dari kenaikan harga pertalite akan dirasakan langsung ke daya beli masyarakat yang menurun sehingga meningkatkan jumlah orang miskin baru.

"Karena konteksnya masyarakat saat ini sudah menghadapi kenaikan harga pangan dengan inflasi mendekati lima persen,” ujar Bhima seperti dikutip dari Republika, Kamis (18/8/2022).

Menurut Bhima, saat ini masyarakat masih belum pulih dari pandemi, terbukti ada 11 juta lebih pekerja yang kehilangan pekerjaan, jam kerja dan gaji dipotong, hingga dirumahkan. Jika ditambah kenaikan harga bbm subsidi dikhawatirkan tekanan ekonomi sekitar 40 persen kelompok rumah tangga terbawah akan semakin berat.

"Belum lagi ada 64 juta UMKM yang bergantung dari BBM subsidi. Pemerintah juga harus memikirkan efek ke UMKM karena subsidi ini bukan hanya kendaraan pribadi tapi juga dipakai kendaraan operasional usaha kecil dan mikro,” jelas Bhima.

Adapun saat ini pemerintah menghitung mengenai kemungkinan perubahan harga BBM subsidi pertalite. Hal ini karena kuota yang ditetapkan APBN 2022 terus menipis.

Bhima menilai pemerintah perlu mematangkan data masyarakat jika ingin melakukan pembatasan pembelian pertalite. Hal ini tidak bisa dilihat yang berhak memakai subsidi hanya orang miskin, tapi juga pelaku usaha kecil.

"Sebaiknya pemerintah pikir pikir dulu pembatasan maupun mencabut sebagian subsidi. Jika kenaikan harga pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, diperkirakan inflasi tahun ini tembus enam persen sampai 6,5 persen year on year. Dikhawatirkan menjadi inflasi yang tertinggi sejak September 2015,” ucap Bhima.

Menurut Bhima, kenaikan harga pertalite juga akan meringankan beban APBN, tapi sisi yang lain pemerintah wajib meningkatkan dana belanja sosial sebagai kompensasi kepada orang miskin dan rentan miskin atas naiknya harga BBM subsidi. "Jadi ini ibarat hemat kantong kanan, tapi keluar dana lebih besar kantong kiri," jelasnya.

Oleh karena itu, Bhima menyarankan hal lain dibandingkan menaikkan harga BBM jenis subsidi.

 

(als)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.