Cacar Monyet: Waspada tak Harus Panik


Cacar monyet (foto: dinkes.semarangkota.go.id)

 

Virus Covid-19 belum selesai, virus Monkeypox atau cacar monyet sudah mengintai masyarakat dunia. Penyebarannya yang semakin meluas membuat Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menetapkan cacar monyet sebagai darurat kesehatan global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). 

 

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus melaporkan, sudah ada 75 negara dan wilayah yang telah mencatat lebih dari 16 ribu kasus.

Sebenarnya, virus cacar monyet merupakan virus yang berasal dari hewan (virus zoonosis). Diketahui virus ini semula ditransmisikan oleh gigitan hewan liar seperti tupai. Namun, para peneliti juga menemukan bahwa virus ini menginfeksi sekelompok monyet yang sedang diteliti.

Cacar monyet awalnya ditemukan pada tahun 1958 saat dua wabah penyakit, seperti cacar terjadi di koloni monyet yang dipelihara untuk penelitian. Meskipun dinamai "cacar monyet", sumber penyakit ini tetap tidak diketahui. Namun, hewan pengerat Afrika dan primata non-manusia (seperti monyet) kemungkinan menyimpan virus dan menginfeksi manusia.

Kasus cacar monyet pertama pada manusia tercatat pada tahun 1970. Sebelum wabah tahun 2022, cacar monyet telah dilaporkan pada orang-orang di beberapa negara Afrika tengah dan barat. Hampir semua kasus cacar monyet pada orang di luar Afrika terkait dengan pelaku perjalanan ke negara-negara yang mengalami wabah tersebut atau melalui hewan impor.

Cara Penularan

Cacar Monyet dapat menular dari hewan ke manusia, terutama melalui kontak langsung dengan hewan primata dan pengerat yang sudah terinfeksi virus ini. Seperti Monyet dan Tupai. Selain dari hewan ke manusia penularan virus ini juga bisa berlangsung antar manusia.

Meskipun kasus penularan monkeypox dari satu orang ke orang lain umumnya sangat minim. Penularan virus cacar monyet antar manusia seringnya berlangsung dari droplet yang berasal dari saluran pernapasan orang yang terinfeksi. 

 

Tidak hanya melalui paparan droplet yang dikeluarkan saat bersin atau batuk oleh orang yang terinfeksi, penularan virus dari droplet juga bisa berlangsung saat melakukan kontak tatap muka secara rutin dengan orang yang terinfeksi.
 
“Penularan cacar monyet atau monkeypox ini bisa terjadi melalui darah, air liur, cairan tubuh serta ingus saluran pernafasan,” ujar Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin RSUD dr. Iskak Tulungagung, dr. Sekar Puspita, Sp. KK pada talkshow bertema "Waspada dan Kenali cacar Monyet" di kanal Youtube RSUD dr.Iskak Tulungagung, belum lama ini.

Gejala

Penyakit cacar monyet ini memiliki masa inkubasi 6-16 hari, namun juga bisa mencapai 5-21 hari.

Penyakit ini memiliki gejala invasi serta masa infeksius. Gejala invasi ini terjadi ketika pasien mengalami kondisi demam, flu, sakit kepala hebat, lemah, rasa sakit pada otot nyeri sendi serta nyeri punggung. Sementara itu, masa infeksius terjadi antara 1-3 hari setelah demam muncul yakni pada saat muncul ruam bintik berisi cairan.

Ruam pertama kali muncul di wajah dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Wajah dan telapak tangan serta kaki adalah area yang paling terdampak ruam ini. Kemunculan ruam juga bisa ditemukan pada membran mukosa yang terletak di tenggorokan, area alat kelamin, termasuk jaringan mata dan kornea.
 
Ruam yang terbentuk biasanya diawali dengan bintik-bintik hingga berubah menjadi vesikel atau lenting, yaitu lepuhan kulit yang berisi cairan. Dalam waktu beberapa hari, ruam akan berubah mengering membentuk kerak (keropeng) di kulit. Perkembangan ruam mulai dari bintik hingga menjadi keropeng di kulit umumnya terjadi dalam waktu kurang lebih 10 hari. Butuh waktu sekitar tiga minggu hingga seluruh keropeng pada kulit tubuh bisa mengelupas dengan sendirinya.

Pengobatan

Meskipun jika dilihat tingkat berbahayanya, cacar monyet ini masuk dalam kategori ringan terkadang menyerupai cacar air dan hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu. Namun kita harus tetap waspada sebab penyakit ini bisa menular.

Sementara itu, untuk tingkat keparahan dari virus ini tergantung kondisi imun serta ada/tidaknya penyakit komorbit. Jika penderita memiliki imun defisiensi (imun dengan kekebalan kurang), biasanya timbul komplikasi seperti infeksi paru, namun hal ini jarang terjadi.
 
Sejauh ini belum ditemukan pengobatan khusus untuk cacar monyet di Indonesia, mengingat kasus penyakit ini memang belum ditemukan di Indonesia. Hingga saat ini belum ada obat yang spesifik bisa mengatasi infeksi virus penyebab cacar monyet. Namun, jenis antivirus yang digunakan untuk mengobati cacar (smallpox), yaitu cidofovir atau tecovirimat bisa membantu dalam proses pemulihan.

Penyakit ini dapat ditangani dengan mencoba mengendalikan gejala-gejala yang muncul melalui perawatan yang bersifat suportif dan pengobatan melalui antivirus.
 
Perawatan suportif tidak dapat menghentikan infeksi virus yang berlangsung, melainkan bertujuan untuk meningkatkan kekuatan daya tahan tubuh untuk melawan infeksi. Selama mengalami gejala, Anda dianjurkan untuk memperbanyak waktu istirahat serta mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi dengan menjalani diet sehat secara ketat.
 
Hendaknya Anda juga melakukan karantina diri dengan berdiam di rumah dan melakukan pembatasan kontak sosial dengan orang-orang di lingkungan sekitar. Pada kasus gejala yang parah, penderita dianjurkan untuk menjalani rawat inap di rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan intensif.
 

Pencegahan

Mencegah memang selalu lebih baik daripada mengobati. Hal seperti ini juga berlaku dalam penanganan penyakit cacar monyet. 

 

Untuk mengontrol dampak kesehatan dari penyakit ini, pencegahan melalui vaksin cacar dan vaksin immunoglobulin menjadi solusi penanganan cacar monyet yang utama.  Pemberian vaksin cacar (Jynneos) diketahui 85 persen efektif mencegah penyakit ini. Vaksin tersebut merupakan hasil modifikasi dari vaksin vaccinia yang sebelumnya digunakan untuk mencegah penyakit cacar (smallpox). 

 

Pada tahun 2019 lalu, FDA resmi menyetujui Jynneos sebagai vaksin yang dpat mencegah penyakit cacar (smallpox) sekaligus cacar monyet (monkeypox). Pemberian dua dosis vaksin Jynneos dalam 28 hari terbukti menguatkan respon sistem imun dibandingkan satu dosis vaksin cacar sebelumnya.
 
Akan tetapi, ketersediaan vaksin tersebut di pusat layanan kesehatan publik masih sangat terbatas. Di Indonesia sendiri belum tersedia vaksin khusus untuk mencegah monkeypox.
 
Pencegahan utama cacar monyet tentu saja adalah dengan menghindari kontak langsung dengan hewan primata dan pengerat, seperti monyet dan tupai, atau orang-orang yang sedang terinfeksi. selain tentu saja menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

 

(dkd)
 




Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.