Jeje Slebew tak Masalah Citayam Fashion Week Digelar Saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor

Jeje Slebew (foto: @jejelinces).

Kreator konten Jasmine Laticia yang akrab disapa Jeje Slebew setuju dengan usulan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ariza Patria agar Citayam Fashion Week (CFW) bisa dilaksanakan di Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB). Meski demikian, Jeje berharap pemerintah bisa memenuhi satu syarat. Apa itu? 

 

Jeje berharap bahwa CFW tetap bisa menjadi ruang ekspresi bagi anak-anak SCBD (Sudirman, Citayam, Bojong Gede, Depok) menunjukkan jati dirinya.

"Jeje sendiri sih setuju dengan kebijakan pemerintah. Tapi semoga tidak menghambat kreativitas yang ada di antara teman-teman yang ada di Citayam Fashion Week," kata Jeje dalam acara konferensi pers di kawasan Dukuh Atas, Sabtu, 30 Juli 2022, seperti dikutip dari kantor berita Antara.

Gadis berusia 16 tahun itu mengaku Citayam Fashion Week dan juga lingkungan Dukuh Atas merupakan rumah baginya untuk bisa berkarya dan mengekspresikan diri. Bahkan di ruang publik itulah ia bisa merasa diterima sepenuhnya sebagai seorang pribadi yang utuh.

"Jeje senang kalau ada yang datang ke CFW dan Dukuh Atas karena Dukuh Atas ini tempat Jeje bisa damai dengan hidup Jeje. Dukuh Atas juga menjadi tempat Jeje dari nol, dari Jeje belum punya apa-apa," jelas Jeje.

Jeje berharap agar ruang publik ini bisa tetap ada dan tetap menjadi ruang bersama untuk masyarakat.

Sebelumnya, pada Rabu, 27 Juli 2022, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ariza Patria sempat mengutarakan dukungannya agar Citayam Fashion Week bisa dilaksanakan ketika HBKB berlangsung setiap Minggu pagi. Menurutnya, dengan demikian para pengunjung yang setiap hari mengunjungi CFW nantinya bisa memiliki ruang lebih luas untuk melakukan peragaan busana.

"Kan kalau CFD dilaksanakan di hari Minggu pagi, itu bagus. Saya juga termasuk pernah mengusulkan," kata Ariza. "Kan luas itu dari ujung Thamrin ke ujung Sudirman, silakan saja."

Citayam Fashion Week merupakan fenomena yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Acara ini secara positif dinilai menjadi ruang untuk anak-anak muda berekspresi. Menariknya anak-anak muda itu berasal dari luar kawasan Jakarta, yaitu Citayam, Bojong Gede, dan Depok.

Namun di balik itu, CFW memiliki efek negatif karena tidak sedikit remaja-remaja muda itu yang menimbulkan ketidaknyamanan seperti tidur di trotoar, membuang sampah sembarangan, hingga menyebabkan kerumunan tanpa protokol kesehatan. Meski Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sempat membubarkan ajang tersebut, kawasan Dukuh Atas kini masih tetap ramai dikunjungi oleh remaja-remaja dari berbagai kawasan di luar Jakarta.

Sementara, Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamil mengimbau aktivis muda-mudi di Citayam Fashion Week yang di antaranya berasal dari warga Depok dan Bogor, Jabar, jangan mengganggu aktivitas publik di lokasi tersebut.

"Saya dukung, apapun enggak hanya Citayam, ya. Apapun aktivitas warga di ruang publik jangan sampai melanggar, jangan sampai demikian," kata Ridwan Kamil awal pekan ini.

Ridwan Kamil meminta agar apapun kegiatan pemuda di tanah air, seperti Citayam Fashion Week, jangan sampai mengganggu masyarakat atau melanggar peraturan yang berlaku.

"Dan saya sudah ingatkan, fenomena ini tidak ada masalah, kecuali kalau sudah melanggar. Apa itu definisi melanggar, yakni melanggar ketertiban, mengganggu lalu lintas, itu harus ditertibkan," kata Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil.

Kang Emil menuturkan pelanggaran yang biasa terjadi dalam sebuah aktivitas remaja ialah seperti mengotori kota atau membuang sampah sembarangan. Hal semacam ini memang harus ditertibkan.

"Lalu menggelandang. Jadi saya dukung apapun, enggak hanya Citayam, ya, apapun aktivitas-aktivitas warga di ruang publik yang sudah mulai melanggar, ditertibkan," tegas Kang Emil.

Sehingga, lanjut Kang Emil, jangan sampai permasalahan pelanggaran malah digeser ke substansi ekspresinya yang merupakan hak setiap masyarakat.

"Kalau untuk sisi ekspresinya mah nggak ada masalah. Satu, karena faktor, usianya namanya remaja. Dua, butuh ruang ekspresi. Saya kira tidak ada masalah, diwadahi saja," jelas Kang Emil. "Jadi itu proporsional. Jadi jangan menggeser substansi ekspresinya, tapi ekses-eksesnya saja."


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.